Senin, 27 Februari 2012

ROSULULLAH SAW BERDAKWAH DENGAN AKHLAK MULIA



Diriwayatkan bahwa dalam suatu pertempuran melawan kaum musrikin, tentara islam dipimpin langsung oleh Rosulullah saw sendiri, sedang tentara kaum musrikin dipimpin oleh Da’tsuur. Setelah pertempuran berlangsung beberapa hari lamanya, kedua belah pasukan yg sedang berhadap-hadapan sama-sama menderita kesengsaraan, yaitu keletihan dan kecapean, serta kedahagaan karena kurangnya air minum.

Akhirnya diadakan kontak untuk mengadakan genjatan senjata semacam penghentian  perang antara kedua belah pihak selama 24 jam. Dalam waktu itu tentara islam, termasuk Rosulullah saw sendiri mengambil waktu istirahat. Mereka tidur-tiduran dibawah pohon kurma, naungan tembok-tembok dan batu-batu.

Tetapi tentara musrikin mempergunakan waktu genjatan senjata  itu untuk tipu daya perang. Dimalam hari yg gelap, Da’tsuur mengirim beberapa prajuritnya untuk mengintai kelengahan tentara islam, untuk menewaskan Rosulullah saw.

Disaat seluruh pasukan islam tidur nyenyak, Da’tsuur merayap mendapatkan Rosulullah saw yang sedang tidur tersandar di pohon kurma. Tetapi ketika dia berada di depan Rosulullah saw yg sedang tidur bersandar, dia cabut mata pedangnya, dan diacungkannya keleher Rosulullah saw

Mungkin karena ingin bermegah dan bersombong diri, Rosulullah saw dibangunkannya, lalu berkata kepada Rosulullah, “Hai Muhammad, siapa yang dapat mempertahankan nyawamu dari pedangku sekarang ini”. Rosulullah saw dengan segala ketenangan lalu menjawab, “ALLAH yang mempertahankan nyawaku dari mata pedangmu itu”

Mendengar jawaban yang tak dikira-kirakan itu, Da’tsuur kagum sekagum kagumnya, sampai gemetar sekujur badannya, hilang seluruh tenaganya, sehingga pedang yang diacungkan ke leher Rosulullah saw itu jatuh ke tanah.

Dengan segera Rosulullah saw bangkit mengambil pedang terhunus itu, lalu mengacungkannya ke pundak Da’tsuur dengan berkata, “Hai Da’tsuur, siapa gerangan yang dapat menyelamatkan nyawamu dari mata pedang yang ada ditanganku ini?”

Dengan badan gemetar dan ketakutan, Da’tsuur menjawab, “Tidak ada yg dapat mempertahankan nyawaku dari pedang itu”. Melihat musuhnya gemetar ketakutan dan tak berdaya itu, timbul rasa kasihan dan santun beliau, lalu berkata kepada Da’tsuur, “Hai Da’tsuur, ketahuilah bahwa ALLAH juga dapat mempertahankan nyawamu dari mata pedang yg ditanganku ini”

Rosulullah saw dengan tidak ragu-ragu, lalu menyerahkan pedang itu kepada Da’tsuur kembali, dengan alasan bahwa saat itu masih berlaku perjanjian genjatan senjata. Dengan perasaan lega terharu, Da’tsuur mengambil pedangnya dari tangan Rosulullah, lalu kembali ke pasukannya dengan perasaan yang lain dari waktu ia berangkat mendapatkan Rosulullah. Dia pergi dengan perasaan dendam, marah, benci, dan ingin membunuh Rosulullah saw. Dan sekarang dia kembali dg perasaan terharu, kasih, cinta, terpesona dg gerak-gerik dan ucapan-ucapan yg keluar dari mulut Rosulullah saw itu.

Setelah bertemu dan berada ditengah-tengah pasukannya, Da’tsuur berkata kepada mereka, “Aku kembali dari pertemuan dengan sebaik-baik manusia”. Lalu menceritakan akan peristiwa yg terjadi antara dia dan Rosulullah saw.

Mendengar kisah kejadian itu, seluruh pasukan Da’tsuur menjadi terharu, berubah pandangannya terhadap Rosulullah dan kaum muslimin. Akhirnya, serentak Da’tsuur dan pasukannya itu menyatakan diri menjadi pengikut Rosulullah saw dan masuk menganut agama islam.

Hanya dengan tindakan kebijaksanaan yg penuh dg rasa maaf dan lemah lembut, musuh-musuh yg paling benci, berubah dg sekejap mata menjadi teman-teman seperti saudara kandung. (Mengenal Tuhan, 2006)

*Janganlah kamu berdakwah dengan menggunakan cara kekerasan, paksaan, umpatan, Intimidasi, hinaan dll karena akan membuat mereka semakin benci pada islam. Tapi berdakwahlah dengan menggunakan akhlak yang baik, mereka yang membenci dan memusuhimu tiba-tiba akan segera berubah menjadi sahabat baikmu

Firman ALLAH SWT :
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.  (Fushshilat 34)

1 komentar:

  1. tapi rasulullah juga perang?

    kayaknya harus sesuai juga deh.
    yang bisa dengan lembut, ya dengan lembut.
    yang bisanya dengan jalan perang, rasululla juga pernah melakukan.
    bahkan di hadits, rasul bilang, "dijadikan rizkiku dibawah naungan tombakku"
    gimana tuh?

    BalasHapus