Sebuah hadist qudsi barangkali baik untuk perenungan kita tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. DUlu ada seorang raja yang sepanjang hidupnya hanya berbuat maksiat dan zalim. Kemudian dia jatuh sakit. Para tabib meminta raja agar mengucapkan selamat berpisah saja sebab dia tidak bisa diosembuhkan kecuali dengan sejenis ikan. Saat itu bukan musimnya ikan tersebut muncul. ALLAH mendengar itu, memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan agar muncul di permukaan. Raja akhirnya dapat memakan ikan itu. Dia sembuh.
Pada saat lain di negeri lain, ada seorang raja yang adil, saleh, jatuh sakit. Para tabib menyatakan hal yang sama, bahwa obatnya adalah ikan yang ada di perairan tertentu. Tapi, jangan kawatir, ujar tabib, saat ini adalah saat ikan itu bermunculan di permukaan. Jadi, dengan mudah akan didapatkan obat bagi sakitnya sang raja. Saat itu ALLAH memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan itu di tempat tersembunyi. Tentu saja, raja yang shaleh dan adil itu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Konon di alam malaikat, para malaikat kebingungan. Mengapa doa raja yang shaleh tidak dipenuhi sementara dooa raja yang zalim dipenuhi? Kemudian ALLAH berfirman, "Walaupun raja itu zalim, dia pernah berbuat baik. Demi kasih sayang-KU, aku berikan balasan pahala amal baiknya. Sebelum meninggal dunia, masih ada amal baiknya yang belum aku balas. Maka aku segerakan membalasnya, supaya dia datang kepada-KU hanya dengan membawa dosa-dosanya. Demikian juga dengan raja yang shaleh. Walaupun dia banyak berbuat baik, dia pernah berbuat buruk. Aku balas semua keburukannya dengan musibah. Menjelang kematiannya, masih ada dosanya yang belum KUbalas. Maka, AKU tolak doanya untuk mendapatkan kesembuhan, supaya dia datang kepada-KU, dia hanya membawa amal salehnya". (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : beruntunglah orang-orang yg mendapat musibah, jika bersabar maka dosa-dosanya akan digugurkan
Rabu, 30 Maret 2011
Sabar dalam doa, insyaALLAH akan dikabulkan
Sahabatku, sesungguhnya ada satu hal yang membuat para nabi dapat bergembira ketika menerima penderitaan. Yaitu, mereka telah memutuskan berlari menuju ALLAH. Mereka terus-menerus percaya dan meyakini bahwa ALLAH sangat-sangat adil dan penyayang. Jika ada satu dua penderitaan, itu hanya jalan menuju kebahagiaan. Nabi Zakariya as adalah nabi yang sangat sabar. Dia berdoa selama empat puluh tahun untuk bisa mendapatkan anak. EMpat puluh tahun dia berdoa, empat puluh tahun juga doanya tidak dijawab. Namun karena dia telah "berlari di dalam ALLAH" dia terus berdoa sampai akhirnya berbahagia (mendapatkan anak). (La Tahzan for Teens, 2008)
InsyaALLAH, hamba termasuk orang yang sabar
Beriman berarti berlari hanya kepada ALLAH. Apapun masalahnya, ALLAH Mahatahu dan akan memberikan jalan yang terbaik. Seorang manusia muda memberikan teladan yang sangat baik. Seorang manusia muda memberikan teladan yang sangat baik. Dia begitu pasrah ketika bapaknya diperintahkan ALLAH untuk menyembelihnya, "Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash Shaaffaat 37) Inilah sikap iman yang mau menerima apa pun keputusan/ketetapan ALLAH. (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : Apapun ujian/musibah/ketetapan ALLAH yang menimpamu, semoga ALLAH menjadikanmu termasuk orang-orang yang bersabar.
nb : Apapun ujian/musibah/ketetapan ALLAH yang menimpamu, semoga ALLAH menjadikanmu termasuk orang-orang yang bersabar.
Jangan bersedih
Jangan bersedih karena kesedihan dapat membuat kita terkejut terhadap masa lalu, membuat kita takut menghadapi masa depan, dan menyia-nyiakan hidup kita pada hari yang sedang dijalani : hari ini. Jangan bersedih sebab kesedihan dapat menghancurkan hati dan memudarkan cita-cita. Jangan bersedih, karena bersedih akan menyenangkan hati musuh kita, menyusahkan teman, menggembirakan yang dengki, dan mengubah berbagai apa yang akan menjadi hak kita.
Jangan bersedih, karena kesedihan sama artinya menentang qadha, memusuhi ketetapan ALLAH.(La Tahzan for Teens, 2008)
Jangan bersedih, karena bersedih akan membuat setan tertawa setelah berhasil menipu kita untuk menentang keputusan/takdir ALLAH dan tidak mensyukuri nikmat ALLAH.
Jangan bersedih, karena kesedihan sama artinya menentang qadha, memusuhi ketetapan ALLAH.(La Tahzan for Teens, 2008)
Jangan bersedih, karena bersedih akan membuat setan tertawa setelah berhasil menipu kita untuk menentang keputusan/takdir ALLAH dan tidak mensyukuri nikmat ALLAH.
Jangan terlalu memikirkan masa depan
Ada banyak manusia yang menduga-duga masa depan, seraya menganggap masa depan penuh sesak dengan segala macam masalah, jatuh miskin, dan tertimpa banyak musibah. Padahal semua itu merupakan strategi yang telah dikaji secara serius dari "Lembaga Penipuan Setan".
"Setan menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan dan memerintahkan kalian untuk berbuat dosa, sedang ALLAH menjanjikan ampunan dan pahala-NYA untuk kalian (Al-Baqarah 268)
Terlalu mencemaskan masa depan membuat pikiran kita menjadi mati dan penuh ketakutan. Terlalu memikirkan masalah masa depan menjerumuskan kita pada keyakinan bahwa hidup ini mau kiamat. (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : Setan akan membisikkan dalam dada seseorang ketakutan akan masa depan yang hancur, bangkrut, kelaparan, dan binasa, sehingga seseorang akan berupaya menumpuk harta dan meninggalkan ibadah. Padahal harta itulah yang pada akhirnya menjerumuskannya dalam kebinasaan di neraka
"Setan menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan dan memerintahkan kalian untuk berbuat dosa, sedang ALLAH menjanjikan ampunan dan pahala-NYA untuk kalian (Al-Baqarah 268)
Terlalu mencemaskan masa depan membuat pikiran kita menjadi mati dan penuh ketakutan. Terlalu memikirkan masalah masa depan menjerumuskan kita pada keyakinan bahwa hidup ini mau kiamat. (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : Setan akan membisikkan dalam dada seseorang ketakutan akan masa depan yang hancur, bangkrut, kelaparan, dan binasa, sehingga seseorang akan berupaya menumpuk harta dan meninggalkan ibadah. Padahal harta itulah yang pada akhirnya menjerumuskannya dalam kebinasaan di neraka
Harta adalah siksaan ALLAH
Banyaknya Harta dan Anak Orang Kafir adalah siksaan ALLAH
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir (At Taubah 55)
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir (At Taubah 55)
Kesabaran Muhammad bin Ali at-Tirmidzi
"Apabila guru (Muhammad bin Ali at-Tirmidzi) marah kepada kalian, apakah kalian tahu?" seseorang bertanya kepada keluarga Tirmidzi.
"Ya, kami tahu" mereka menjawab, "Setiap kali ia marah kepada kami, maka ia bersikap lebih ramah daripada biasanya. Kemudian ia tidak mau makan dan minum. Ia menangis dan memohon kepada ALLAH : "Ya ALLAH, apa perbuatanku yg menimbulkan murka-MU sehingga ENGKAU membuat keluargaku sendiri menentangku? Ya ALLAH, aku mohon ampun-MU! Tunjukkanlah mereka jalan yang benar!" Apabila ia bersikap seperti demikian, tahulah kami bahwa ia sedang marah. Dan segeralah kamu bertaubat agar ia lepas dari dukacitanya itu" (Kisah Para SUfi (Wali), 1998)
"Ya, kami tahu" mereka menjawab, "Setiap kali ia marah kepada kami, maka ia bersikap lebih ramah daripada biasanya. Kemudian ia tidak mau makan dan minum. Ia menangis dan memohon kepada ALLAH : "Ya ALLAH, apa perbuatanku yg menimbulkan murka-MU sehingga ENGKAU membuat keluargaku sendiri menentangku? Ya ALLAH, aku mohon ampun-MU! Tunjukkanlah mereka jalan yang benar!" Apabila ia bersikap seperti demikian, tahulah kami bahwa ia sedang marah. Dan segeralah kamu bertaubat agar ia lepas dari dukacitanya itu" (Kisah Para SUfi (Wali), 1998)
Sabtu, 19 Maret 2011
Kesabaran Jalaluddin Ar-Rumi
Suatu hari Jalaluddin Ar-Rumi bertemu dg dua orang yg sedang bercek-cok. Salah seorang diantaranya berkata, "Kalau kamu berkata sepatah kata, aku akan membalas dg sepuluh kata". Mendengar omelan itu, Jalaluddin menyela, "Contohlah aku! kalau kalian berkata kepadaku 1000 kali, aku tidak akan membalas sepatah kata pun". Seketika itu juga keduanya bersimpuh dikakinya, dan kembali rukun (Kisah Para Sufi (Wali), 1998)
Minggu, 13 Maret 2011
Keadilan ALLAH
Nabi Musa as bermunajat kepada ALLAH di bukit Tursina. Dia berkata dalam munajatnya, “Ya ALLAH perlihatkanlah kepadaku keadilan-MU”.
ALLAH SWT berfirman, “Engkau adalah orang yang suka tergesa-gesa, cepat marah, berani, dan tidak mampu untuk bersabar”.
Musa berkata, “Aku mampu bersabar dengan taufik-MU”
ALLAH berfirman, “Pergilah ke mata air fulaniyah, bersembunyilah didekat mata air itu, dan lihatlah kekuasaan dan ilmu-KU dalam hal-hal gaib”
Kemudian Musa naik ke bukit yang dekat dengan mata air itu dan bersembunyi. Kemudian dating seorang penunggang kuda ke mata air itu. Dia turun dari kudanya, berwudhu, dan meminum airnya. DIa mengambil kantong yang berisi uang seribu dinar. Dia letakkan disampingnya, kemudian shalat. Setelah itu, dia pergi dan lupa akan kantongnya. Datanglah anak kecil. Dia minum dari mata air itu dan mengambil kantong tersebut. Setelah itu, dating seorang kakek-kakek buta. Dia minum dari mata air itu, berwudhu, dan berdiri untuk sholat. Penunggang kuda yang tadi teringat akan kantongnya. Dia kembali ke mata air tersebut. Dia menemukan kakek-kakek itu dan berkata kepadanya, “Aku lupa meninggalkan kantongku yang berisi uang seribu dinar di tempat ini. Pada saat ini, hanya engkau yang ada ditempat ini”.
Orang buta itu berkata, “Ketauhilah, aku ini orang buta. Bagaimana mungkin aku dapat mengambil kantongmu?”
Penunggang kuda itu marah. DIa mencabut pedangnya dan membunuh kakek buta itu dengan pedang tersebut. Kemudian dia mencari-cari kantongnya, tetapi tidak ditemukan. Akhirnya ia pergi dan meninggalkan mayat kakek buta itu. Pada waktu itu, Musa berkata, “Tuhanku, kesabaranku telah habis, sedangkan ENGKAU Mahaadil. Oleh karena itu, beritahulah aku bagaimana hal ini bias terjadi”.
Lalu turun Malaikat Jibril as dan berkata, “ALLAH telah berfirman : “AKU Mahatahu atas hal-hal yang tersembunyi. AKU mengetahui apa-apa yang kamu tidak ketahui. ANak kecil yang mengambil kantong itu, dia mengambil hak miliknya. Ayah anak itu adalah orang yang bekerja pada si penunggang kuda. Ayahnya telah mengumpulkan hasil sebanyak uang yang ada dalam kantong tadi. Dengan demikian, anak itu mengambil haknya. Sementara itu, kakek buta tersebut, sebelum buta dia telah membunuh ayah anak kecil tadi. AKU telah menceritakan kejadian itu. Dan setiap orang telah mendapatkan haknya. Keadilan-Ku sangat akurat””.
Ketika mendengar penjelas itu, Musa merasa malu dan beristighfar (mohon ampun kepada ALLAH). (Al-Ghazali)
ALLAH SWT berfirman, “Engkau adalah orang yang suka tergesa-gesa, cepat marah, berani, dan tidak mampu untuk bersabar”.
Musa berkata, “Aku mampu bersabar dengan taufik-MU”
ALLAH berfirman, “Pergilah ke mata air fulaniyah, bersembunyilah didekat mata air itu, dan lihatlah kekuasaan dan ilmu-KU dalam hal-hal gaib”
Kemudian Musa naik ke bukit yang dekat dengan mata air itu dan bersembunyi. Kemudian dating seorang penunggang kuda ke mata air itu. Dia turun dari kudanya, berwudhu, dan meminum airnya. DIa mengambil kantong yang berisi uang seribu dinar. Dia letakkan disampingnya, kemudian shalat. Setelah itu, dia pergi dan lupa akan kantongnya. Datanglah anak kecil. Dia minum dari mata air itu dan mengambil kantong tersebut. Setelah itu, dating seorang kakek-kakek buta. Dia minum dari mata air itu, berwudhu, dan berdiri untuk sholat. Penunggang kuda yang tadi teringat akan kantongnya. Dia kembali ke mata air tersebut. Dia menemukan kakek-kakek itu dan berkata kepadanya, “Aku lupa meninggalkan kantongku yang berisi uang seribu dinar di tempat ini. Pada saat ini, hanya engkau yang ada ditempat ini”.
Orang buta itu berkata, “Ketauhilah, aku ini orang buta. Bagaimana mungkin aku dapat mengambil kantongmu?”
Penunggang kuda itu marah. DIa mencabut pedangnya dan membunuh kakek buta itu dengan pedang tersebut. Kemudian dia mencari-cari kantongnya, tetapi tidak ditemukan. Akhirnya ia pergi dan meninggalkan mayat kakek buta itu. Pada waktu itu, Musa berkata, “Tuhanku, kesabaranku telah habis, sedangkan ENGKAU Mahaadil. Oleh karena itu, beritahulah aku bagaimana hal ini bias terjadi”.
Lalu turun Malaikat Jibril as dan berkata, “ALLAH telah berfirman : “AKU Mahatahu atas hal-hal yang tersembunyi. AKU mengetahui apa-apa yang kamu tidak ketahui. ANak kecil yang mengambil kantong itu, dia mengambil hak miliknya. Ayah anak itu adalah orang yang bekerja pada si penunggang kuda. Ayahnya telah mengumpulkan hasil sebanyak uang yang ada dalam kantong tadi. Dengan demikian, anak itu mengambil haknya. Sementara itu, kakek buta tersebut, sebelum buta dia telah membunuh ayah anak kecil tadi. AKU telah menceritakan kejadian itu. Dan setiap orang telah mendapatkan haknya. Keadilan-Ku sangat akurat””.
Ketika mendengar penjelas itu, Musa merasa malu dan beristighfar (mohon ampun kepada ALLAH). (Al-Ghazali)
Ketetapan ALLAH pasti terjadi
Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi SUlaiman bin Daud as. Malaikat Maut melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada salah seorang pembantu Nabi Sulaiman as. Ketika Malaikat Maut keluar, laki-laki itu bertanya, “Wahai Nabi ALLAH, siapakah orang yang masuk tadi?”
Nabi SUlaiman as menjawab, “Malaikat Maut”
Laki-laki itu berkata, “Aku takut Malaikat Maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya”.
Nabi Sulaiman as berkata, “Bagaimana caramu menghindar darinya?”
Laki-laki itu menjawab, “Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku”
Nabi Sulaiman as menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju. Malaikat Maut kembali dan menemui Nabi SUlaiman as. Kemudian Nabi Sulaiman as bertanya kepada Malaikat Maut, “Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?”
Malaikat Maut berkata, “Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir ALLAH SWT” (Al-Ghazali)
Nabi SUlaiman as menjawab, “Malaikat Maut”
Laki-laki itu berkata, “Aku takut Malaikat Maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya”.
Nabi Sulaiman as berkata, “Bagaimana caramu menghindar darinya?”
Laki-laki itu menjawab, “Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku”
Nabi Sulaiman as menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju. Malaikat Maut kembali dan menemui Nabi SUlaiman as. Kemudian Nabi Sulaiman as bertanya kepada Malaikat Maut, “Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?”
Malaikat Maut berkata, “Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir ALLAH SWT” (Al-Ghazali)
Berhati-hatilah dengan : marah, kikir, dan wanita
Diriwayatkan bahwa iblis melihat Musa as dan berkata, “Musa, aku akan mengajarimu tiga perkara dan engkau mohonkan kepada ALLAH SWT satu keperluan untukku”
Musa bertanya, “Apakah ke tiga perkara itu?”
Iblis menjawab, “Musa, waspadalah engkau dari rasa marah, sesungguhnya kemarahan adalah seringan-ringannya kepala, dan aku akan mempermainkan sebagaimana anak-anak kecil memainkan bola. Waspadalah engkau terhadap sifat kikir, sesungguhnya aku akan menghancurkan orang kikir, baik dunianya maupun agamanya. Waspadalah terhadap wanita, sesungguhnya aku tidak pernah mengambil sekutu yang begitu aku percayai dari kalangan makhluk kecuali wanita” (Al-Ghazali)
Musa bertanya, “Apakah ke tiga perkara itu?”
Iblis menjawab, “Musa, waspadalah engkau dari rasa marah, sesungguhnya kemarahan adalah seringan-ringannya kepala, dan aku akan mempermainkan sebagaimana anak-anak kecil memainkan bola. Waspadalah engkau terhadap sifat kikir, sesungguhnya aku akan menghancurkan orang kikir, baik dunianya maupun agamanya. Waspadalah terhadap wanita, sesungguhnya aku tidak pernah mengambil sekutu yang begitu aku percayai dari kalangan makhluk kecuali wanita” (Al-Ghazali)
Jangan berikan amal kebaikanmu kepada orang lain
Diceritakan tentang al-Husain bin Ali ra bahwa telah sampai kepadanya perkataan seseorang yang membuat dia tidak suka, maka dia mengambil sekeranjang penuh kurma yang baru dipetik dan membawanya ke rumah orang itu. Dia ketuk pintu rumah orang itu. Orang itu berdiri, membuka pintu, dan memandang Husain yang membawa keranjang. Orang itu bertanya, “Apa itu wahai cucu Rosulullah?”
Husain menjawab, “Ambillah sekeranjang kurma ini. Telah sampai kepadaku bahwa engkau telah menghadiahkan amal kebaikanmu kepadaku, maka aku membalasnya dengan ini” (Al-Ghazali)
Husain menjawab, “Ambillah sekeranjang kurma ini. Telah sampai kepadaku bahwa engkau telah menghadiahkan amal kebaikanmu kepadaku, maka aku membalasnya dengan ini” (Al-Ghazali)
Sorang istri yang dimarahi suaminya itu terlaknat
Seorang wanita mengadu kepada ayahnya sambil menangis, "Wahai ayahku, semalam aku sempat bersitegang dengan suamiku. Ia marah karena merasa tersinggung oleh salah satu ucapanku. Menyadari akan kemarahannya, aku pun menyesali apa yg telah aku perbuat, lalu aku meminta maaf kepadanya. Namun, dia tetap belum mau berbicara denganku dan terus memalingkan wajahnya dariku. Maka, aku terus berupaya merayunya dengan kemanjaan dan kelembutanku hingga ia tertawa ceria dan kembali menerimaku. Aku Takut Tuhanku mengambil nyawaku pada saat-saat diriku berada dalam kemarahan suamiku".
Sang ayah pun berkata, "Wahai putriku. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-NYA, jika engkau meninggal dunia sebelum ia meridhaimu, maka aku pun tidak akan ridha kepadamu. Bukankah engkau mengetahui bahwa seorang perempuan yang dimarahi suaminya itu terlaknat sebagaimana dikatakan dalam Taurat, Injil, Zabur dan AL-Quran. Bahkan, bukankah kemarahan suami itu bisa mempersulit sakratul mautnya dan mempersempit kuburannya. Maka beruntunglah seorang wanita yang suaminya selalu tenteram dan rela kepadanya". (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Sang ayah pun berkata, "Wahai putriku. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-NYA, jika engkau meninggal dunia sebelum ia meridhaimu, maka aku pun tidak akan ridha kepadamu. Bukankah engkau mengetahui bahwa seorang perempuan yang dimarahi suaminya itu terlaknat sebagaimana dikatakan dalam Taurat, Injil, Zabur dan AL-Quran. Bahkan, bukankah kemarahan suami itu bisa mempersulit sakratul mautnya dan mempersempit kuburannya. Maka beruntunglah seorang wanita yang suaminya selalu tenteram dan rela kepadanya". (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Selasa, 01 Maret 2011
Jangan Risau Akan Rejeki
Sesungguhnya ALLAH lah yang mencukupimu kemarin, dan DIA pula yang akan mencukupimu kebutuhan esok hari (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Kesabaran Fatimah az-Zahra binti Rosulullah
Fatimah az-Zahra binti Rosulullah pernah mengalami kelaparan selama beberapa hari. Saat itu, suaminya Ali ra melihat wajahnya pucat pasi. Maka ia bertanya kepadanya, "Kenapa engkau pucat demikian, wahai Fatimah?"
Fatimah menjawab, "Sejak tiga hari yang lalu kami tidak mempunyai makanan di rumah!". Ali berkata, "Mengapa engkau tidak memberitahuku?". Ia menjawab, "Sebab, pada malam pernikahan kita dahulu, Rosulullah saw pernah berpesan kepadaku seperti ini : "Wahai Fatimah, Jika Ali ra datang kepadamu dengan membawa sesuatu, makanlah! Namun, bila ia tidak membawa apa-apa, janganlah sekali-kali menanyakannya" (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Fatimah menjawab, "Sejak tiga hari yang lalu kami tidak mempunyai makanan di rumah!". Ali berkata, "Mengapa engkau tidak memberitahuku?". Ia menjawab, "Sebab, pada malam pernikahan kita dahulu, Rosulullah saw pernah berpesan kepadaku seperti ini : "Wahai Fatimah, Jika Ali ra datang kepadamu dengan membawa sesuatu, makanlah! Namun, bila ia tidak membawa apa-apa, janganlah sekali-kali menanyakannya" (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Meratapi Kegagalan = Kufur Atas Keputusan ALLAH
Sesungguhnya meratapi kegagalan masa lalu, menangisi penderitaan dan mengumpat kekalahan itu, dalam pandangan islam merupakan salah satu bentuk kekufuran kepada ALLAH dan ketidakrelaan atas ketentuan dan ketetapan-NYA (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Kebahagiaan hanya ada di surga
Adalah salah besar, bila engkau berpikir bahwa hidup ini harus memberimu kebaikan seratus persen. Itu hanya akan terwujud di surga nanti. Di dunia ini, segala sesuatu bersifat nisbi, tidak semua yang engkau inginkan dapat menjadi kenyataan. Bahkan apa yang disebut dengan musibah, ujian, dan cobaan itu pasti akan datang menerpa kepada siapa saja dan dimana saja.
Jangan mengkhayal, bahwa dalam hidup ini engkau akan sehat tanpa pernah sakit, selalu kaya dan tidak pernah miskin, mendapatkan suami yang tanpa cela dan teman tanpa aib, semua ini mustahil terjadi.
Maka bersyukurlah engkau tatkala mendapat kesenangan, dan bersabarlah ketika tertimpa musibah. (Menjadi Waniota Paling Bahagia, 2007)
Jangan mengkhayal, bahwa dalam hidup ini engkau akan sehat tanpa pernah sakit, selalu kaya dan tidak pernah miskin, mendapatkan suami yang tanpa cela dan teman tanpa aib, semua ini mustahil terjadi.
Maka bersyukurlah engkau tatkala mendapat kesenangan, dan bersabarlah ketika tertimpa musibah. (Menjadi Waniota Paling Bahagia, 2007)
Dengan istighfar rejeki akan mengalir
Seorang wanita berkisah :
"Suamiku meninggal dunia saat aku berumur tiga puluh tahun. Waktu itu, aku telah dikaruniai lima orang anak. Tak ayal, dunia pun terasa gelap gulita di mataku, dari hari ke kari aku hanya bisa menangis seraya meratapi nasibku hingga kering air mataku. Aku semakin putus asa dan hari-hariku terus diliputi oleh kesedihan, kegundahan, dan kecemasan. Apalagi, bila aku mengingat kelima anak-anakku yang masih kecil-kecil, sedang diriku sama sekali tidak memiliki pendapatan yang memadai untuk hidup mereka. Akhirnya, aku pun menjual sedikit demi sedikit harta peninggalan suamiku yang tak seberapa.
Syahdan, suatu hari aku menyendiri di kamar sambil mendengarkan siaran Al-Quran dan ceramah dari sebuah radio transistor. Lalu, terdengar olehku seorang syaikh menuturkan, "Barangsiapa memperbanyak istigfar, maka ALLAH akan mengusir segala kesedihan yang menghantuinya dan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya".
Sejak mendengar ceramah itu, aku terus memperbanyak istigfar. Demikian juga dengan anak-anakku, aku perintahkan mereka untuk melakukan hal yang sama. Tidak disangka, enam bulan kemudian sebuah proyek besar membutuhkan sebagian tanah kami dan siapo memberi ganti rugi berjuta-juta.
Bersamaan dengan itu, ankku yang pertama berhasil menjadi pelajar tauladan di kota kami. Bahkan, ia sudah hafal al-Quran dengan sempurna dan sering mendapat undangan pengajian di masyarakatku. Singkat cerita, sejak itu rumah kami serasa dipenuhi dengan anugerah, hidup kami lebih nyaman dan sejahtera dan ALLAH menjadikan putera-puteriku sebagai orang-orang yang sukses dan sholeh. Demikianlah kesedihan, kecemasan, kerisauan, dan kegelisahan pun sirna dariku. Dan akhirnya, aku pun menjadi wanita paling bahagia". (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
"Suamiku meninggal dunia saat aku berumur tiga puluh tahun. Waktu itu, aku telah dikaruniai lima orang anak. Tak ayal, dunia pun terasa gelap gulita di mataku, dari hari ke kari aku hanya bisa menangis seraya meratapi nasibku hingga kering air mataku. Aku semakin putus asa dan hari-hariku terus diliputi oleh kesedihan, kegundahan, dan kecemasan. Apalagi, bila aku mengingat kelima anak-anakku yang masih kecil-kecil, sedang diriku sama sekali tidak memiliki pendapatan yang memadai untuk hidup mereka. Akhirnya, aku pun menjual sedikit demi sedikit harta peninggalan suamiku yang tak seberapa.
Syahdan, suatu hari aku menyendiri di kamar sambil mendengarkan siaran Al-Quran dan ceramah dari sebuah radio transistor. Lalu, terdengar olehku seorang syaikh menuturkan, "Barangsiapa memperbanyak istigfar, maka ALLAH akan mengusir segala kesedihan yang menghantuinya dan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya".
Sejak mendengar ceramah itu, aku terus memperbanyak istigfar. Demikian juga dengan anak-anakku, aku perintahkan mereka untuk melakukan hal yang sama. Tidak disangka, enam bulan kemudian sebuah proyek besar membutuhkan sebagian tanah kami dan siapo memberi ganti rugi berjuta-juta.
Bersamaan dengan itu, ankku yang pertama berhasil menjadi pelajar tauladan di kota kami. Bahkan, ia sudah hafal al-Quran dengan sempurna dan sering mendapat undangan pengajian di masyarakatku. Singkat cerita, sejak itu rumah kami serasa dipenuhi dengan anugerah, hidup kami lebih nyaman dan sejahtera dan ALLAH menjadikan putera-puteriku sebagai orang-orang yang sukses dan sholeh. Demikianlah kesedihan, kecemasan, kerisauan, dan kegelisahan pun sirna dariku. Dan akhirnya, aku pun menjadi wanita paling bahagia". (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Banyak yg lebih menderita dari dirimu
Perhatikan dan renungkan apa yg terjadi disekitarmu. Bukankah dirumah-rumah sakit masih terdapat sekian ranjang putih yang diatasnya terbaring ribuan manusia yang menderita penyakit kroonis dan cacat selama bertahun-tahun? Bukankah dipenjara masih terdapat ribuan manusia yg hidup dibalik jeruji besi dengan nista dan kehilangan nikmatnya kehidupan di alam bebas ini? Bukankah di berbagai rumah sakit jiwa masih terdapat banyak manusia yg kehilangan akal sehatnya, lenyap kesadarannya dan kemudian menjadi gila? Bukankah disekitarmu masih banyak fakir miskin yang tinggal di gubuk-gubuk kardus dan kesulitan hanya untuk mendapatkan sepotong roti saja? Bukankah diluar sana masih ada sekian banyak wanita yang harus kehilangan anak-anaknya karena sebuah musibah yang mendera? Bukankah disekitarmu juga masih ada sekian seorang cacat, tuna netra, tuna wicara, tuna rungu, dan kehilangan sebagian anggota badannya, seperti kaki, tangan, dan lain sebagainya? Bahkan diantara mereka juga ada yg kehilangan akal sehatnya, atau terkena penyakit kanker yang ganas dan mematikan itu?
Lalu lihatlah dirimu, engkau masih dalam keadaan sehat sejahtera, aman, tenteram, dan damai. Oleh karena itu bersyukurlah kepada ALLAH atas segala nikmatnya-NYA. (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Lalu lihatlah dirimu, engkau masih dalam keadaan sehat sejahtera, aman, tenteram, dan damai. Oleh karena itu bersyukurlah kepada ALLAH atas segala nikmatnya-NYA. (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Langganan:
Postingan (Atom)