Rosulullah saw bersabda, "Sesungguhnya batang pohon disurga itu terdiri dari emas, perak, permata, yaqut, dan zabarrud, demikian pula ranting-rantingnya. Daunnnya sangat indah, belum pernah terlihat oleh manusia. Buahnya lebih lembut dari mentega dan lebih manis dari madu. Tinggi setiap pohon adalah lima ratus tahun perjalanan dan besarnya tujuh puluh tahun perjalanan. Kerindangan pohonnya sejauh lima ratus tahun perjalanan. Jika seseorang melayangkan pandangannya, dia dapat melihat ujung dan buah dari pohon tersebut. Disetiap pohon itu terdapat tujuh puluh ribu warna buah-buahan. Setiap warna memiliki warna yang berbeda. Jika seseorang menginginkan salah satu warna dari buah-buahan itu, maka ranting dan cabang pohon itu akan merunduk turun dari perjalanan lima ratus tahun, atau lima puluh tahun, atau kurang dari itu, sehingga ia dapat memetiknya dengan mudah sekehendak hatinya. Jika dia merasa repot memetik dengan tangannya, maka dia tinggal membuka mulutnya, lalu buah itu akan masuk ke dalam mulutnya. Jika salah satu buahnya dipetik, ALLAH akan menumbuhkan buah baru yang lebih bagus dari sebelumnya. Jika seseorang telah memenuhi keinginannya, pohon itu akan kembali naik lagi seperti sebelumnya. Diantara pohon itu ada yg tidak berbuah, tetapi menumbuhkan berbagai jenis sutera dari sutera tebal, sutera hijau, dan sutera halus. Bahkan ada juga pohon yang hanya menumbuhkan misik dan kafur. AHli surga itu dapat melihat Tuhannya setiap hari jum'at".
Beliau saw bersabda, "Seandainya satu mahkota surga diturunkan dari langit, tentu akan mengalahkan cahaya matahari. Sesungguhnya di surga itu ada beberapa istana, disetiap istana ada empat buah sungai, yakni sungai air, sungai susu, sungai arak, dan sungai madu. Jika seseorang meminumnya, maka layaknya dari kasturi. Dia tidak meminumnya kecuali telah dicampuri dengan mata air di surga dari jahe, tasnim, atau kafur. Sesungguhnya orang-orang yang didekatkan kepada ALLAH pasti akan dapat meminumnya. Seandainya ALLAH tidak menentukan bahwa mereka akan memperebutkan sebuah gelas diantara mereka, tentu mereka tidak akan mengangkat gelas itu dati mulut mereka". (al-Ghunyah; Syaikh Abdul Qadir Jailani, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar