Ibnu Umar ra berkata, “Ketika Nabi saw sedang duduk di samping Abu Bakar ra yang memakai pakaian berlobang di dadanya, Jibril datang dan menyampaikan salam dari ALLAH kepada Nabi saw. Kemudian Jibril bertanya kepada Beliau, “Ya Roosulullah, apakah sebabnya Abu Bakar berpakaian yang berlobang di dadanya?” Jawab Nabi saw, “Hai Jibril, Abu Bakar telah menghabiskan hartanya untukku sebelum penakhlukan kota Mekkah”
Tanya Jibril, “Sampaikan salam ALLAH baginya dan tanyakan apakah dia rela ataukah dia marah dengan keadaan fakir seperti ini?”
Kemudian Nabi saw menoleh kepada Abu Bakar dan berkata, “Hai Abu Bakar, Jibril datang menyampaikan salam ALLAH padamu dan dia bertanya apakah kamu rela ataukah kamu tidak rela terhadap kefakiranmu ini?”
Kemudian Abu Bakar menangis mendengar pertanyaan yang sedemikian itu sambil berkata, “Apakah aku tidak rela kepada putusan ALLAH” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Jumat, 12 Agustus 2011
Rela menderita penyakit agar diampuni ALLAH
Nabi Muhammad saw bersabda, “Setiap musibah yang menimpa diri seorang mukmin akan menghapuskan segala macam dosanya (jika bersabar)”
Ubay bin Kaab ra bertanya, “Ya Rosulullah bagaimanakah pandanganmu terhadap penyakit yang menimpa diriku ini?”
Jawab Nabi saw, “Penyakit itu akan menghapuskan segala dosamu”.
Tanya Ubay, “Walaupun sakit kecil?”
Jawab Nabi saw, “walaupun hanya terkena duri ataupun lebih”.
Kemudian Ubay berdoa, “Ya ALLAH, janganlah Engkau hilangkan penyakit panas dari badanku sampai aku wafat, dan jangan Engkau halangi aku dari sholat, puasa, haji, umroh dan dari jihad dengan penyakit panas ini”.
Doa Ubay terkabul sehingga Ubay selalu sakit panas sampai matinya sedangkan dia tiodak pernah meninggalkan shalat, puasa, haji, umroh dan jihad” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Ubay bin Kaab ra bertanya, “Ya Rosulullah bagaimanakah pandanganmu terhadap penyakit yang menimpa diriku ini?”
Jawab Nabi saw, “Penyakit itu akan menghapuskan segala dosamu”.
Tanya Ubay, “Walaupun sakit kecil?”
Jawab Nabi saw, “walaupun hanya terkena duri ataupun lebih”.
Kemudian Ubay berdoa, “Ya ALLAH, janganlah Engkau hilangkan penyakit panas dari badanku sampai aku wafat, dan jangan Engkau halangi aku dari sholat, puasa, haji, umroh dan dari jihad dengan penyakit panas ini”.
Doa Ubay terkabul sehingga Ubay selalu sakit panas sampai matinya sedangkan dia tiodak pernah meninggalkan shalat, puasa, haji, umroh dan jihad” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Menutup telinga ketika mendengar musik
Nafi meriwayatkan, “Aku bepergian bersama Abdullah bin Umar ra. Tiba-tiba dia mendengar seruling gembala dan langsung menutup telinganya dengan jemari, kemudian menyingkir dari jalan. Tidak henti-hentinya dia bertanya, “Nafi, apakah kamu mendengar (suara seruling itu)?”. Aku menjawab, “Tidak”. Lalu dia melepas jemarinya dari telinga, kemudian keluar menuju jalan tersebut sambil berkata, “Demikianlah aku melihat Rosulullah saw melakukannya” (HR Abu Dawud)
Keadaan lapar adalah lebih baik
Ibnu Mas’ud berkata, “Pernah ketika Nabi saw melihat pada wajah para sahabat yang sedang menanggung lapar, beliau bersabda, “Bergembiralah kamu sekalian karena pada suatu waktu kelak setiap orang dari kamu dapat makan sebaki makanan dan akan ditambah lagi sebanyak itu”.
Jawab para sahabat, “Ya Rosulullah, kalau begiotu kami pada waktu itu akan lebih keadaannya dari sekarang”.
Jawab Nabi saw, “Bahkan kamu sekarang (kelaparan) adalah lebih baik daripada waktu yang akan datang (kaya)” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Jawab para sahabat, “Ya Rosulullah, kalau begiotu kami pada waktu itu akan lebih keadaannya dari sekarang”.
Jawab Nabi saw, “Bahkan kamu sekarang (kelaparan) adalah lebih baik daripada waktu yang akan datang (kaya)” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Besarnya Pahala Taat Kepada Suami
Nabi Muhammad saw bersabda, “Taat pada suami dan menjalankan perintah suami dapat menyamai pahala jihad fisabilillah, namun banyak dari kaum wanita yang tidak mau taat kepada suaminya” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Jumat, 08 Juli 2011
Semua doa akan dikabulkan ALLAH
Saudaraku tercinta, ketauhilah bahwa pada hari Kiamat ALLAH akan mendatangi seorang hamba, kemudian DIA akan berkata, “Sesungguhnya, tidaklah kamu berdoa kepada-KU dengan suatu doa kecuali AKU telah mengabulkannya untukmu. Apakah kamu ingat doa yang ini?”
Si hamba menjawab, “Ya, ya Tuhanku”
ALLAH berfirman kepadanya, “AKU telah benar-benar mengabulkannya untukmu didunia, bukankah begitu?”
Si hamba menjawab, “Benar, ya Tuhanku”
ALLAH bertanya kepadanya, “Apakah kamu masih ingat akan doa yang ini?”
Si hamba menjawab, “Ya, ya Tuhanku”
ALLAH bertanya lagi, “Aku belum mengabulkannya untukmu di dunia, bukankah begitu?”
Si hamba menjawab, “Benar, ya Tuhanku. Dulu, aku berharap dapat menikahi si fulanah. Aku berharap dapat kuliah di falkutas anu, aku berharap dapat bekerja di perusahaan anu, dan seterusnya..”
Kemudian ALLAH berfirman kepadanya, “AKU benar-benar telah membiarkan hal itu (dan menggantinya) untukmu dengan kebaikan ini, ini, dan ini di surga. Sehingga, seorang mukmin akan menduga bahwa ALLAH belum mengabulkan doanya di dunia”. (Meraih Kenikmatan Ibadah, 2006)
Si hamba menjawab, “Ya, ya Tuhanku”
ALLAH berfirman kepadanya, “AKU telah benar-benar mengabulkannya untukmu didunia, bukankah begitu?”
Si hamba menjawab, “Benar, ya Tuhanku”
ALLAH bertanya kepadanya, “Apakah kamu masih ingat akan doa yang ini?”
Si hamba menjawab, “Ya, ya Tuhanku”
ALLAH bertanya lagi, “Aku belum mengabulkannya untukmu di dunia, bukankah begitu?”
Si hamba menjawab, “Benar, ya Tuhanku. Dulu, aku berharap dapat menikahi si fulanah. Aku berharap dapat kuliah di falkutas anu, aku berharap dapat bekerja di perusahaan anu, dan seterusnya..”
Kemudian ALLAH berfirman kepadanya, “AKU benar-benar telah membiarkan hal itu (dan menggantinya) untukmu dengan kebaikan ini, ini, dan ini di surga. Sehingga, seorang mukmin akan menduga bahwa ALLAH belum mengabulkan doanya di dunia”. (Meraih Kenikmatan Ibadah, 2006)
7 Golongan yg Tidak Disucikan di Hari Kiamat
Rosulullah saw bersabda, “Ada tujuh golongan yang tidak akan dilihat (dengan rahmat) di hari kiamat dan tidak DIA sucikan. DIA berfirman kepada mereka, “Masuklah ke neraka bersama penghuninya yaitu pelaku homoseks, pelaku onani, orang yg menyetubuhi binatang, bersetubuh dg wanita di lubang belakangnya (dubur), lelaki yang bersetubuh dengan seorang wanita dan sekaligus anak wanitanya, orang yg berzina dengan istri sah tetangganya, dan orang yang menyakiti tetangganya sehingga dia melaknatnya” (HR ath-Thabrani)
Orang yg Hidup Boros Tamannya Setan
Orang yg Hidup Boros Neraka Tempatnya
Sesungguhnya orang yang boros adalah teman-teman setan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(Al Israa' 27)
Sesungguhnya orang yang boros adalah teman-teman setan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(Al Israa' 27)
Senin, 06 Juni 2011
Jangan membuka aib orang lain
Ada seorang laki-laki datang menghadap Umar bin Khattab, “Di masa jahiliah aku mempunyai seorang putrid yg dulunya pernah aku kubur hidup-hidup sewaktu ia masih kecil. Tetapi sebelum ia meninggal aku sempat mengeluarkan kembali dan ketika kami masuk Islam maka ia pun ikut masuk islam bersamaku. Kemudian ia berzina sehingga ia terkena hokum ALLAH. Maka aku ambilkan sebuah pisau agar ia menyembelih dirinya sendiri. Ketika ia telah melukai dirinya, maka aku kasihan kepadanya sehingga aku selamatkan ia. Kemudian ia segera bertobat dengan tobat yang sesungguhnya. Ketika ia dipinang oleh seorang lelaki, maka aku kabarkan segala yang pernah dialaminya.
Jawab Umar, “Mengapa engkau sengaja memberitahukan kepada orang lain tentang rahasia-rahasia yang telah ditutupi oleh ALLAH. Andaikata engkau beritakan kepada salah seorang pun tentang pengalaman pahitnya yang dialaminya tadi, pasti akan aku cambuk engkau di depan umum agar dijadikan pelajaran bagi orang lain. Sebaiknya segera engkau nikahkan ia dengan orang yang baik sebab ia adalah seorang wanita yang baik”.
Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa menutupi keburukan seorang muslim, maka ia seperti seorang yang telah menyelamatkan jiwa seorang anak kecil yang dikubur hidup-hidup oleh ayahnya” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Jawab Umar, “Mengapa engkau sengaja memberitahukan kepada orang lain tentang rahasia-rahasia yang telah ditutupi oleh ALLAH. Andaikata engkau beritakan kepada salah seorang pun tentang pengalaman pahitnya yang dialaminya tadi, pasti akan aku cambuk engkau di depan umum agar dijadikan pelajaran bagi orang lain. Sebaiknya segera engkau nikahkan ia dengan orang yang baik sebab ia adalah seorang wanita yang baik”.
Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa menutupi keburukan seorang muslim, maka ia seperti seorang yang telah menyelamatkan jiwa seorang anak kecil yang dikubur hidup-hidup oleh ayahnya” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Menutupi aib seorang muslim
Abil Hatsam bercerita, “Aku pernah berkata kepada Uqbah bin Amir bahwa ada tetanggaku yang suka minum-minuman keras. Dan aku ingin melaporkan kejadian ini kepada polisi agar polisi menangkap mereka”. Kata Uqbag, “Jangan engkau melakukan hal itu. Sebaiknya berilah nasehat yang baik kepada mereka agar mereka bertobat”. Kataku, “Aku telah sering memberi nasehat kepada mereka tapi tidak mau menyadarinya sehingga ingin aku laporkan keadaan mereka kepada polisi”. Jawab Uqbah, “Jangan kau lakukan hal itu, sebab aku mendengar Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa menutupi keburukan seorang muslim, maka ia seperti seorang yang telah menyelamatkan jiwa seorang anak kecil yang dikubur hidup-hidup oleh ayahnya” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Menggunjing = memakan daging manusia
Pada suatu hari Nabi saw memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk berpuasa sehari. Kata Nabi saw, “Berpuasalah kalian dan jangan seorang pun dari kalian yang membatalkan puasanya kecuali dengan izinku”. Semua orang berpuasa sampai menjelang sore hari, tiba-tiba datanglah seorang seraya berkata, “Wahai Rosulullah saw, ada dua orang wanita yang sedang berpuasa sesungguhnya orang itu tidak kuat berpuasa maka dari itu izinkanlah kedua orang itu untuk berbuka”. Rosulullah saw menjawab, “Sesungguhnya kedua wanita itu tidaklah berpuasa sebagaimana ia dikatakan berpuasa sedangkan seharian ini makan daging orang-orang (karena menggunjing). Katakana kepada keduanya, jika keduanya masih berpuasa hendaknya ia muntahkan isi perutnya”. Maka lelaki itu menyampaikan apa yg diperintah oleh Rosulullah saw kepada kedua wanita tersebut. Dan kedua wanita itu melakukan apa yg diperintahkan oleh Rosulullah saw dan akhirnya keduanya memuntahkan segumpal daging dari mulutnya masing-masing. Ketika berita itu disampaikan kepada Rosulluah saw, maka beliau bersabda, “Sesungguhnya keduanya telah merasani (menggunjing) orang banyak sehingga keduanya makan daging mereka, demi Dzat yang memegang jiwaku, andaikata daging mereka masih tetap di perut kedua wanita itu, maka keduanya akan dimasukkan ke dalam api neraka” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Menggunjing adalah Kedzaliman yg Besar
Pernah Aisyah merasani (menggunjing) Sofiah binti Huyai dihadapan Nabi saw, maka Nabi Muhammad saw bersabda, “Sungguh perbuatanmu ini jika dicampurkan dengan air laut, maka air laut akan terkotori oleh buruknya perbuatanmu” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Jangan Terpesona pada Sesuatu
Aisyah ra berkata, “Pada suatu hari aku memandangi baju baruku yang membuat aku terpesona. Kata Abu Bakar ra, “Mengapa engkau memandangi baju barumu sedemikian rupa. Ketahuilah bahwa ALLAH tidak akan memandangmu dengan pandangan rahmat”. Tanya Aisyah, “Mengapa demikian” Jawab Abu Bakar, “Ketahuilah bahwa jika seorang telah terpesona kepada suatu kesenangan duniawi, maka ALLAH akan membencinya sampai ia meninggalkannya”. Kata Aisyah, “Aku segera mencopot pakaian itu dan aku sedekahkan”. Kata Abu Bakar, “Semoga sedekahmu itu menjadi penyebab dihapuskannya dosamu”. (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Menahan kesenangan dunia agar mendapat kenikmatan akhirat
Pernah serombongan orang irak berkunjung ke rumah Umar bin Khattab ra. Maka Umar berkata kepada mereka, “Wahai penduduk irak, mungkin kalian hanya suka makanan yang mewah dan lezat. Ketahuilah jika kami mau, maka kami pun dapat membuat makanan yang mewah dan lezat bagi kami, akan tetapi kami ingin hidup sederhana didunia ini agar kami diberi kesenangan kelak di akhirat. Apakah kalian belum mendengar firman ALLAH yg berbunyi :
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik." (Al Ahqaaf 20)”. (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik." (Al Ahqaaf 20)”. (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Jangan Mempersulit Seorang Muslim
Ada seorang laki-laki yang menyembunyikan kedua sandal temannya dan ia hanya ingin bercanda. Ketika berita itu dilaporkan kepada Rosulullah saw maka beliau bersabda, “Janganlah mengecewakan seorang mukmin sebab hal itu merupakan kedzaliman yang besar” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Senin, 30 Mei 2011
Cengkeraman dunia pada manusia
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra berkata, “Pada suatu hari ketika aku bersama Rosulullah saw, maka beliau menggerakkan tangannya seolah-olah menolak sesuatu, sedangkan aku tidak melihat sesuatu apa pun di depan beliau. Tanyaku, “Wahai Rosulullah saw, mengapa engkau menggerakkan tanganmu seolah-olah menolak sesuatu, padahal aku tidak melihat sesuatu apa pun dihadapanmu?”. Beliau saw bersabda, “Diperlihatkan kepadaku seolah-olah dunia hendak mendatangi aku, maka kataku, “Pergilah kamu dari aku, sebab aku tidak senang denganmu”. Kata Dunia, “Ketahuilah bahwa kamu tidak akan mendapatkan aku lagi. Demi ALLAH jika kamu dapat terlepas dari cengkeramanku, maka aku tidak akan melepaskan cengkeramanku terhadap terhadap orang-orang yang dating sepeninggalmu” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Khawatir tidak bertemu Nabi saw kelak karena mempunyai banyak harta
Abu Ubaidah bin Jarrah ra terlihat menangis ketika ia dikunjungi oleh salah seorang kawannya. Tanya kawannya, “Mengapa engkau menangis, wahai Abu Ubaidah?”. Jawab Abu Ubaidah, “Aku menangis dikarenakan aku ingat sabda Nabi saw yang berkata, “Kelak akan dibukakan pintu kekayaan bagi umatku wahai Abu Ubaidah, sebaik-baiknya harta yg kamu miliki adalah tiga budak, seorang membantumu, seorang lagi menemani kamu dalam perjalananmu, dan seorang lagi melayani keluargamu, sebaik-baik kendaraan yang kamu miliki ada tiga, seekor untuk kamu tunggangi, seekor lagi untuk mengangkut barangmu, seekor lagi untuk keperluan keluargamu,” sedangkan kini aku memiliki banyak budak dan banyak kendaraan, sehingga aku khawatir kalau aku tidak dapat bertemu dengan Rosulullah saw kelak, sebab Rosulullah saw telah bersabda, “Seorang yg paling aku cintai dan paling dekat dengan aku kelak adalah seorang yang tidak memiliki harta kekayaan apa pun sebagaimana ia berpisah denganku” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Takut tidak bertemu Nabi saw kelak karena banyak harta
Ketika Muawiyah ra mengunjungi Abu Hasim bin Utbah yang sedang sakit, maka didapatkan ia menangis. Kata Muawiyah, “Wahai paman, apa yg menyebabkan kamu menangis, apakah kamu sakit ataukah kamu takut meninggalkan dunia?”. Jawab Abu Hasim, “Tidak, aku tidak sakit dan aku tidak takut untuk meninggalkan dunia, tetapi kami pernah diperintah Rosulullah saw, namun kami tidak dapat melaksanakannya”. Tanya Muawiyah, “Apa yg diperintahkan Rosulullah saw kepada kalian?”. Jawab Abu Hasyim, “Aku pernah mendengar Rosulullah saw bersabda, “Sebaik-baik harta yang kamu miliki adalah seorang pembantu dan sebuah kendaraan yang dapat dipakai berjuang fisabilillah, sedangkan aku telah mengumpulkan kekayaan sebanyak ini, karena itu aku takut bila aku tak akan bertemu dengan Rosulullah saw di akhirat kelak” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Menangis karena banyak harta
Ketika Salman ra sakit, maka Sa’ad ibnu Abi Waqas ra mengunjunginya. Disaat itu dilihat salman sedang menangis. Tanya Sa’ad, “Wahai saudaraku, mengapa engkau menangis, bukankah engkau telah menjadi sahabat Rosulullah saw. Bukankah engkau akan menemui beliau di tepi telaga Kautsar dan bukankah engkau termasuk orang yang diridhai oleh beliau ketika beliau wafat?”. Jawab Salman, “Bukannya aku menangis disebabkan aku takut kematian, akan tetapi Rosulullah saw telah menyuruh kami sesuatu, namun aku tidak dapat melaksanakannya. Karena itu aku takut akan hal itu”. Tanya Sa’ad, “Apa yg disuruh oleh Rosulullah saw sedangkan kamu tidak dapat melaksanakannya?”. Jawab Salman, “Bukankah Rosulullah saw telah bersabda, “Sebaik-baik harta yang kamu miliki adalah sebanyak perbekalan seseorang yang hendak bepergian”. Sedangkan aku kini memiliki harta yang berlimpah ruah, karena itu aku merasa berdosa kepada beliau” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Aku Kawatir Kalian Ditimpa Kekayaan
Rosulullah saw bersabda, “Aku tidak kawatir jika kalian ditimpa musibah (kemiskinan), yang aku kawatirkan ialah jika kalian sedang ditimpa kesenangan (kekayaan), sebab jika ditimpa suatu musibah, maka kalian akan dapat beribadah, tetapi jika ditimpa kesenangan, maka kalian akan lupa diri” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Jauhi meminta-minta
Pada suatu hari di musim paceklik Abu Said pernah mengganjal perutnya dengan batu dikarenakan lapar. Kata istrinya, “sebaiknya kamu dating kepada Nabi dan mintalah sesuatu dari beliau, sebab si Fulan pernah dating kepada Nabi dan untuk meminta sesuatu dari beliau, maka Nabi memberinya”. Mendengar anjuran itu, maka aku dating kepada Nabi saw yang ketika itu sedang berkhutbah, “Barangsiapa yang menjaga dirinya dari meminta-minta, maka ALLAH akan menjauhkan dirinya dari meminta-minta. Seorang yang merasa cukupo dengan apa yang ada padanya jauh lebih kami senangi dari seorang yg meminta-minta”. Mendengar sabda Nabi saw tersebut, maka aku bertekad untuk tidak meminta kepada siapapun walaupun keadaanku serba kekurangan, dan tidak lama kemudian, maka ALLAH memberikan kecukupan kepadaku sehingga hartaku melebihi jumlah harta orang lain. (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Sehari lapar sehari kenyang
Nabi saw bersabda, “Pernah aku ditawari oleh Tuhanku emas sepenuh lembah Bathhaa’ (di mekah) tapi aku tolak dan aku hanya minta diberi kenyang sehari, lapar sehari agar aku dapat merendah diri kepada ALLAH dan ingat kepada-NYA jika aku sedang lapar, dan agar aku dapat bersyukur dan memuji-NYA jika aku sudah kenyang” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Menjadi Raja dunia atau menjadi Nabi biasa
Ibnu Abbas ra berkata, “Pernah ALLAH mengutus Malaikat Isrofil beserta Jibril untuk dating kepada Nabi saw. Kata Malaikat Isrofil tersebut, “Sesungguhnya ALLAH memberikan pilihan bagimu (Muhammad), apakah kamu mau dijadikan sebagai seorang hamba dan Nabi, ataukah mau dijadikan sebagai seorang raja (yg kaya raya dan berkuasa) dan Nabi?”. Mendengar pertanyaan itu, Rosulullah saw menoleh kepada Jibril seolah-olah meminta pendapat beliau, maka Jibril memberi isyarat kepada Nabi agar beliau berlaku tawadhu. Maka Rosulullah saw berkata, “Aku ingin dijadikan sebagai seorang manusia biasa dan Nabi” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Murung karena terlalu banyak harta
Sa’daa ra (istri Thalhah ra) berkata, “Pada suatu hari aku dapatkan Thalhah ra terlihat amat murung. Tanyaku, “Apa yg menyebabkan anda menjadi seorang pemurung, mungkin kamu terlalu memikirkan kami?”. Jawab Thalhah, “Tidak, akan tetapi aku mendapatkan uang terlalu banyak sehingga aku tidak tahu hendak aku kemanakan uang ini”. Kataku, “Mengapa kamu terlalu bingung dalam menghadapi hal itu, panggilkan kaummu kemudian bagikan kepada mereka harta yg menyebabkan kamu bingung”. Kata Thalhah ra, “Panggilkan seluruh kaumku untuk aku bagikan kepada mereka semua harta yang aku miliki”. Tanyaku pada si penjaga gudang, “Berapa jumlah harta yg dibagikan pada waktu itu”. Kata si penjaga gudang, “Jumlah harta yg dibagikan pada waktu itu ada empat ratus ribu dirham” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Senin, 23 Mei 2011
Infaq Abdurrahman bin Auf ra
Ketika Aisyah ra sedang berada di rumahnya, tiba-tiba ia mendengar suara ramai di Madinah, sehingga ia sempat bertanya, “Suara apa yg ramai itu?” Kata mereka, “Itu adalah suara kafilah dagang milik Abdurrahman bin Auf yg datang dari syam dengan membawa berbagai macam kebutuhan”. Dan dikatakan bahwa kafilah dagang tersebut sebanyak tujuh ratus ekor unta sehingga kota Madinah menjadi ramai oleh karenanya. Mendengar kejadian itu maka Aisyah ra berkata, “Aku pernah mendengar Rosulullah saw bersabda, “Telah diperlihatkan kepadaku bahwa Abdurrahman bin Auf dimasukkan ke dalam surga dengan merangkak”. Ketika ucapan tersebut terdengar oleh Abdurrahman, maka Abdurrahman ra berkata, “Aku ingin masuk surga dengan berjalan”. Kemudian ia menyerahkan seluruh unta lengkap dengan peralatannya tersebut untuk disedekahkan fisabilillah. (Kehidupan Para Sahabat Rosullullah saw, 2003)
Kebaikan akan dibalas 10x lipat
Pada suatu kali ada seorang pengemis yang minta sesuatu pada kepada Amir Mu’minin Ali ra, maka Ali ra berkata, “Al Hasan, pergilah kepada ibumu, katakana padanya tadi aku menyimpan enam dirham, maka berikan satu dirham kepadaku”. Ketika diberitahukan oleh al Hasan, maka kata ibunya, “Sesungguhnya uang enam dirham tersebut akan aku belikan tepung”. Mendengar hal itu maka Ali ra berkata, “Tidak sempurna iman seseorang kecuali jika ia lebih meyakini apa yg ada di tangannya sendiri”. Kemudian Ali ra berkata, “Mintalah semua uang itu dan berikan semua kepada pengemis”. ,aka Siti Fatimah ra segera memberikan uang enam dirham kepada pengemis.
Tidak lama dari kejadian itu maka ada seseorang yang dating kepada Ali ra sambil berkata, “Siapa yg mau membeli untaku ini?”. Tanya Ali ra, “Berapa harga untamu?”. Kata lelaki itu, “Aku jual unta ini 160 dirham”. Tanya Ali ra “Aku mau membelinya asal uangnya tidak kontan”. Setelah disepakati maka unta tersebut dioserahkan kepada Ali ra. Ketika unta tersebut diikat disebuah tiang, maka ada seorang lelaki yg bertanya, “Milik siapakah unta ini?”. Jawab Ali ra, “Unta ini adalah milikku”. Tanya lelaki itu , “Apakah akan kamu jual unta ini?”. Jawab Ali, “Ya”. Tanya lelaki itu, “Berapa harga unta itu?”. Jawab Ali, “Dua ratus dirham”. Kata lelaki itu, “Aku setuju dengan harga itu”. Kemudian Ali ra memberikan 140 dirham kepada si pemilik unta dan ia segera menyerahkan 60 dirham kepada istrinya. Tanya Siti Fatimah ra, “Uang apa ini?”. Jawab Ali ra, “Ini adalah yang telah dijanjikan oleh ALLAH kepada kami lewat lisan Nabi-NYA : ‘Barangsiapa yang berbuat suatu kebajikan maka baginya diberikan ganti sepuluh kali lipat” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Tidak lama dari kejadian itu maka ada seseorang yang dating kepada Ali ra sambil berkata, “Siapa yg mau membeli untaku ini?”. Tanya Ali ra, “Berapa harga untamu?”. Kata lelaki itu, “Aku jual unta ini 160 dirham”. Tanya Ali ra “Aku mau membelinya asal uangnya tidak kontan”. Setelah disepakati maka unta tersebut dioserahkan kepada Ali ra. Ketika unta tersebut diikat disebuah tiang, maka ada seorang lelaki yg bertanya, “Milik siapakah unta ini?”. Jawab Ali ra, “Unta ini adalah milikku”. Tanya lelaki itu , “Apakah akan kamu jual unta ini?”. Jawab Ali, “Ya”. Tanya lelaki itu, “Berapa harga unta itu?”. Jawab Ali, “Dua ratus dirham”. Kata lelaki itu, “Aku setuju dengan harga itu”. Kemudian Ali ra memberikan 140 dirham kepada si pemilik unta dan ia segera menyerahkan 60 dirham kepada istrinya. Tanya Siti Fatimah ra, “Uang apa ini?”. Jawab Ali ra, “Ini adalah yang telah dijanjikan oleh ALLAH kepada kami lewat lisan Nabi-NYA : ‘Barangsiapa yang berbuat suatu kebajikan maka baginya diberikan ganti sepuluh kali lipat” (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Niat dalam Pernikahan
Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa yg menikahi seorang perempuan karena kemuliaannya, maka ALLAH tidak akan menambahkan untuknya kecuali kehinaan. Barangsiapa menikah karena harta, maka ALLAH tidak akan menambah untuknya kecuali kefakiran. Barangsiapa menikah karena keturunan, ALLAH tidak akan menambah untuknya kecuali kerendahan. Barangsiapa menikah karena tidak menginginkan sesuatu, kecuali untuk menundukkan pandangan, menjaga diri dari perzinahan, atau semata mahabbah (rasa cinta) kepada ALLAH (melaksanakan perintah ALLAH dan sunnah Rosul), maka ALLAH pasti memberi keberkahan kepada keduanya” (HR Thabrani)
Lihatlah Orang yg di Bawahmu
Rosulullah saw bersabda, "Jangan kamu melihat orang yang berada di atas kamu, tetapi lihatlah orang yang berada di bawah kamu" (HR Bukhari)
Jangan hidup bermewah-mewah
Umar bin Khattab ra dan Yarfa’ ra berkunjung ke rumah Abu Darda di Syam ketika malam hari. Ketika mereka datang dan meminta izin masuk, ternyata ia segera mengizinkan masuk. Dan Umar segera mendorong pintu, ternyata pada pintu itu tidak ada kuncinya, dan didapatkan rumah itu gelap gulita tanpa lampu. Ketika Umar memeriksa isi rumah itu, ia dapatkan sebuah tikar yang lusuh dan bantal yang rapuh sedang pakaian yang dipakainya pun amat compang-camping. Kat a Abu Darda, “Siapakah yang dating kemari?”
Jawab Umar, “Aku Amirul Mukminin”. Kata Abu Darda, “Sungguh lebih setahun kami nanti-nantikan kedatanganmu”. Tanya Umar, “Bukankah telah aku cukupi segala kebutuhanmu?”. Jawab Abu Darda, “Benar, kamu telah mencukupi aku dengan baik, tapi tidakkah pernah kamu dengar Rosulullah saw bersabda, “Hendaknya hidup seseorang dari kamu ini hanyalah sekedar untuk perbekalan dalam perjalanan saja, tidak bermewah-mewah”. Kata Umar, “Ya, memang aku telah mendengarnya”. Kemudian keduanya menangis sampai tiba waktu pagi. (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Jawab Umar, “Aku Amirul Mukminin”. Kata Abu Darda, “Sungguh lebih setahun kami nanti-nantikan kedatanganmu”. Tanya Umar, “Bukankah telah aku cukupi segala kebutuhanmu?”. Jawab Abu Darda, “Benar, kamu telah mencukupi aku dengan baik, tapi tidakkah pernah kamu dengar Rosulullah saw bersabda, “Hendaknya hidup seseorang dari kamu ini hanyalah sekedar untuk perbekalan dalam perjalanan saja, tidak bermewah-mewah”. Kata Umar, “Ya, memang aku telah mendengarnya”. Kemudian keduanya menangis sampai tiba waktu pagi. (Kehidupan Para Sahabat Rosulullah saw, 2003)
Akhlak Fatimah binti Rosulullah saw ra
Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abu Thaliob ra pulang kerumah lebih awal menjelang sholat Ashar. Fatimah binti Muhammad saw menyambut dengan suka cita seraya berharap suaminya tercinta membawa uang hasil jerih payahnya hari itu untuk membeli keperluan di dapur.
“Salam kakanda”, sapa manis Fatimah ra dengan raut yang penuh ketulusan. “Sepertinya kanda lelah sekali”, lanjut Fatimah.
Belum sempat meneruskan perkataannya, Ali bin Abu Thalib ra berkata, “Maaf sayangku, aku tidak mendapatkan uang sepeserpun”. Dengan wajah manis dan senyum Fatimah ra menjawab, “Tidak apa-apa kanda. Bukankah rejeki itu sudah diatur dan bukan kita yang mengaturnya”.
Sungguh ucapan yg sangat indah terdengar dan menenteramkan hati Ali bin Abu Thalib ra, menunjukkan betapa tingginya ketakwaan wanita mulia ini. Betapa tinggi ketawakalan Fatimah ra padahal di dapurnya tidak ada lagi bahan mentah untuk dimasak.
Tidak lama kemudian, Ali bin Abu Thalib ra menuju ke masjid untuk sholat berjamaah dan ketika ia hendak pulang dari masjid di perjalanan ia bertemu dengan orang tua. Orang tersebut bertanya, “Hai anak muda, apakah benar kamu itu Ali bin Abu Thalib?”. Dengan penuh keheranan Ali ra pun menjawab, “Ya, saya Ali bin Abu Thalib, bagaimana engkau tahu namaku, duhai orang tua?”. Orang itu pun menjawab, “Dahulu, ayahmu pernah kusuruh bekerja membersihkan kulit binatang untukku dan aku belum membayar upahnya. Sekarang aku membayarnya kepadamu selaku ahli warisnya”. Sambil meraba saku, orang tersebut mengeluarkan uang sebanyak 30 dinar. Dengan raut senang Ali bin Abu Thalib ra pun mengambil uang 30 dinar yang merupakan hak nya itu. Lalu dengan raut yang gembira ia pulang ke rumah dan memberitahukan kepada istrinya. “Subhanallah, ini rejeki yg tiada terduga”, kata Fatimah ra mendengar penuturan suaminya itu. “Lekaslah kaubelikan bahan makanan semua uang itu di pasar kanda”, lanjutnya.
Ali bin Abu Thalib ra pun pergi ke pasar, namun di depan pasar ia mendapati orang fakir menengadahkan tangan dan berkata, “Barang siapa yang ingin bersedekah di jalan ALLAH maka bersedekahlah kepada musafir yang kehabisan bekal ini”.
Tanpa piker panjang, Ali ra pun memberikan semua uangnya itu kepada orang tersebut kemudian ia pun pulang dengan wajah murung kembali, tetapi bukan menyesali uang yang ia sedekahkan, tetapi karena mengingat istrinya. “Salam ‘alaik, ya Fatimah”, sapanya kepada istrinya itu. Fatimah kebingungan mendapati suaminya tidak membawa barang belanjaan sama sekali. Kemudian diceritakanlah kepada Fatimah ra tentang apa yang telah dilakukannya. Kembali dengan senyuman Fatimah ra menjawab, “Tidak apa-apa duhai suamiku. Bila aku mendapati yang demikian pastilah akan kulakukan yang sama dengan engkau duhai suamiku. Bersedekah itu lebih baik daripada bakhil (kikir)”. Mendengar ucapan itu hati Ali ra pun lega dan berkata dalam hatinya, “tidak salah aku memiihmu, sungguh mulia akhlakmu Fatimah”. (Kaya dan Bahagia dg Syukur, 2010)
“Salam kakanda”, sapa manis Fatimah ra dengan raut yang penuh ketulusan. “Sepertinya kanda lelah sekali”, lanjut Fatimah.
Belum sempat meneruskan perkataannya, Ali bin Abu Thalib ra berkata, “Maaf sayangku, aku tidak mendapatkan uang sepeserpun”. Dengan wajah manis dan senyum Fatimah ra menjawab, “Tidak apa-apa kanda. Bukankah rejeki itu sudah diatur dan bukan kita yang mengaturnya”.
Sungguh ucapan yg sangat indah terdengar dan menenteramkan hati Ali bin Abu Thalib ra, menunjukkan betapa tingginya ketakwaan wanita mulia ini. Betapa tinggi ketawakalan Fatimah ra padahal di dapurnya tidak ada lagi bahan mentah untuk dimasak.
Tidak lama kemudian, Ali bin Abu Thalib ra menuju ke masjid untuk sholat berjamaah dan ketika ia hendak pulang dari masjid di perjalanan ia bertemu dengan orang tua. Orang tersebut bertanya, “Hai anak muda, apakah benar kamu itu Ali bin Abu Thalib?”. Dengan penuh keheranan Ali ra pun menjawab, “Ya, saya Ali bin Abu Thalib, bagaimana engkau tahu namaku, duhai orang tua?”. Orang itu pun menjawab, “Dahulu, ayahmu pernah kusuruh bekerja membersihkan kulit binatang untukku dan aku belum membayar upahnya. Sekarang aku membayarnya kepadamu selaku ahli warisnya”. Sambil meraba saku, orang tersebut mengeluarkan uang sebanyak 30 dinar. Dengan raut senang Ali bin Abu Thalib ra pun mengambil uang 30 dinar yang merupakan hak nya itu. Lalu dengan raut yang gembira ia pulang ke rumah dan memberitahukan kepada istrinya. “Subhanallah, ini rejeki yg tiada terduga”, kata Fatimah ra mendengar penuturan suaminya itu. “Lekaslah kaubelikan bahan makanan semua uang itu di pasar kanda”, lanjutnya.
Ali bin Abu Thalib ra pun pergi ke pasar, namun di depan pasar ia mendapati orang fakir menengadahkan tangan dan berkata, “Barang siapa yang ingin bersedekah di jalan ALLAH maka bersedekahlah kepada musafir yang kehabisan bekal ini”.
Tanpa piker panjang, Ali ra pun memberikan semua uangnya itu kepada orang tersebut kemudian ia pun pulang dengan wajah murung kembali, tetapi bukan menyesali uang yang ia sedekahkan, tetapi karena mengingat istrinya. “Salam ‘alaik, ya Fatimah”, sapanya kepada istrinya itu. Fatimah kebingungan mendapati suaminya tidak membawa barang belanjaan sama sekali. Kemudian diceritakanlah kepada Fatimah ra tentang apa yang telah dilakukannya. Kembali dengan senyuman Fatimah ra menjawab, “Tidak apa-apa duhai suamiku. Bila aku mendapati yang demikian pastilah akan kulakukan yang sama dengan engkau duhai suamiku. Bersedekah itu lebih baik daripada bakhil (kikir)”. Mendengar ucapan itu hati Ali ra pun lega dan berkata dalam hatinya, “tidak salah aku memiihmu, sungguh mulia akhlakmu Fatimah”. (Kaya dan Bahagia dg Syukur, 2010)
Jangan Terlena dg Dunia
Rosulullah saw bersabda, "Hiduplah engkau didunia seperti orang yg asing, atau laksana orang yg sekadar lewat " (HR Bukhari)
Dunia yg fana ini hendaknya jangan membuat kita terlena. Perlakukanlah seolah kita orang asing yang singgah atau sekadar rekreasi sementara waktu karena rumah yg sesungguhnya adalah di akhirat. Oleh karena itu, ketika kita menemukan banyak sekali barang dan fasilitas dunia yg menggiurkan, ambillah sekadar yg kita perlukan untuk bekal perjalanan kita menuju akhirat (Kaya dan Bahagia dg Syukur, 2010)
Dunia yg fana ini hendaknya jangan membuat kita terlena. Perlakukanlah seolah kita orang asing yang singgah atau sekadar rekreasi sementara waktu karena rumah yg sesungguhnya adalah di akhirat. Oleh karena itu, ketika kita menemukan banyak sekali barang dan fasilitas dunia yg menggiurkan, ambillah sekadar yg kita perlukan untuk bekal perjalanan kita menuju akhirat (Kaya dan Bahagia dg Syukur, 2010)
Utamakan akhirat diatas dunia
Wahai manusia, waspadalah kalian kepada dunia dan jangan kamu percaya sedikit pun kepadanya, utamakan akhirat atas dunia dan cintailah ia. Jika salah satu dari keduanya kamu cintai maka kamu akan membenci yang lain (Abu Bakar Assiddiq ra)
Jumat, 15 April 2011
Alasan Orang Kafir Tidak Akan Masuk Surga
Alasan Orang Kafir Tidak Akan Masuk Surga
Aisyah bertanya, "Wahai Rosulullah, Ibnu Jad'an (seorang kafir Qurais) selalu menyambungkan tali silaturahmi, memberi makan kaum miskin, berbuat baik kepada tetangga, dan menjamu setiap tamu. Apakah amal kebaikannya itu mendatangkan pahala?"
Rosulullah saw menjawab, "Wahai Aisyah, ia tidak perna...h berdoa agar ALLAH mengampuni dosa-dosanya pada hari kiamat" (HR Muslim)
Aisyah bertanya, "Wahai Rosulullah, Ibnu Jad'an (seorang kafir Qurais) selalu menyambungkan tali silaturahmi, memberi makan kaum miskin, berbuat baik kepada tetangga, dan menjamu setiap tamu. Apakah amal kebaikannya itu mendatangkan pahala?"
Rosulullah saw menjawab, "Wahai Aisyah, ia tidak perna...h berdoa agar ALLAH mengampuni dosa-dosanya pada hari kiamat" (HR Muslim)
Jauhilah gambar
Aisyah berkata, "Aku pernah menggunakan sarung bantal yang bergambar. Ketika Rosulullah saw melihatnya, beliau tidak mau masuk dan hanya berdiri di pintu. Aku tahu ada sesuatu yang tidak beliau sukai. Maka kutanyakan, "Wahai Rosulullah, aku bertobat kepada ALLAH dan Rosul-NYA. Dosa apa yang telah kulakukan?" Beliau menjawab, "Untuk apa bantal ini?". Kujawab, "Agar engkau bisa duduk di atasnya"
Lalu Rosulullah saw berkata, "Orang-orang yang menciptakan gambar-gambar seperti ini akan diazab pada hari kiamat. Mereka akan diperintahkan untuk menghidupkan apa yang telah mereka gambar itu. SUngguh, sebuah rumah yang didalamnya terdapat gambar-gambar semacam ini tidak akan pernah dimasuki malaikat" (HR Bukhari Muslim)
Lalu Rosulullah saw berkata, "Orang-orang yang menciptakan gambar-gambar seperti ini akan diazab pada hari kiamat. Mereka akan diperintahkan untuk menghidupkan apa yang telah mereka gambar itu. SUngguh, sebuah rumah yang didalamnya terdapat gambar-gambar semacam ini tidak akan pernah dimasuki malaikat" (HR Bukhari Muslim)
Hindarilah musik
Suatu hari, seorang perempuan mendatangi Rosulullah saw. Beliau kemudian berkata kepada Aisyah, "Wahai Aisyah, tahukah engkau siapa perempuan ini?".
"Tidak, wahai Rosulullah", jawab Aisyah.
"Perempuan ini adalah seorang penyanyi. Maukah engkau mendengarkan nyanyiannya?"
"Ya".
Perempuan itu kemudian bernyanyi dihadapan Aisyah. Mendengar nyanyian itu, Rosulullah saw menunjukkan ketidaksukaan Beliau dengan bersabda, ""Sungguh, setan telah meniup dua lubang hidung perempuan ini". (HR Ahmad dan Thabrani)
"Tidak, wahai Rosulullah", jawab Aisyah.
"Perempuan ini adalah seorang penyanyi. Maukah engkau mendengarkan nyanyiannya?"
"Ya".
Perempuan itu kemudian bernyanyi dihadapan Aisyah. Mendengar nyanyian itu, Rosulullah saw menunjukkan ketidaksukaan Beliau dengan bersabda, ""Sungguh, setan telah meniup dua lubang hidung perempuan ini". (HR Ahmad dan Thabrani)
Tidak Perlu Mendoakan Keburukan Terhadap Orang yg Mendhalimimu
Tidak Perlu Mendoakan Keburukan Terhadap Orang yg Mendhalimimu
Suatu hari Aisyah ra kehilangan sesuatu. Ia pun berdoa agar orang yang mencurinya celaka. Maka Rosulullah saw berkata kepadanya, "Jangan kau ringankan dosanya (dengan doa burukmu itu)" (HR Ahmad, Abu Daud)
Suatu hari Aisyah ra kehilangan sesuatu. Ia pun berdoa agar orang yang mencurinya celaka. Maka Rosulullah saw berkata kepadanya, "Jangan kau ringankan dosanya (dengan doa burukmu itu)" (HR Ahmad, Abu Daud)
Keutamaan menjadi orang miskin
Aisyah pernah mendengar Rosulullah saw berdoa, "Ya ALLAH, jadikanlah aku hidup sebagai seorang yang miskin. Cabutlah nyawaku dalam keadaan miskin. Lalu kumpulkanlah aku pada hari Kiamat nanti bersama kelompok orang-orang miskin".
Mendengar doa itu, Aisyah bertanya, "Mengapa engkau berdoa seperti itu wahai Rosulullah?"
Beliau menjawab, "Orang-orang miskin akan masuk surga lebih awal 40 tahun (1 hari = 1000 tahun dunia) daripada orang-orang kaya. Wahai Aisyah, jangan pernah menolak orang miskin meski engkau hanya memberinya separuh biji kurma" (HR Tirmidzi)
nb : disaat orang-orang kaya penuh kekhawatiran, cemas, ketakuatan menghadapi nasib yg akan menimpa mereka, orang -orang miskin sudah menikmati kenikmatan istana surga 14.600.000 tahun lebih awal
Mendengar doa itu, Aisyah bertanya, "Mengapa engkau berdoa seperti itu wahai Rosulullah?"
Beliau menjawab, "Orang-orang miskin akan masuk surga lebih awal 40 tahun (1 hari = 1000 tahun dunia) daripada orang-orang kaya. Wahai Aisyah, jangan pernah menolak orang miskin meski engkau hanya memberinya separuh biji kurma" (HR Tirmidzi)
nb : disaat orang-orang kaya penuh kekhawatiran, cemas, ketakuatan menghadapi nasib yg akan menimpa mereka, orang -orang miskin sudah menikmati kenikmatan istana surga 14.600.000 tahun lebih awal
Minggu, 03 April 2011
Semuanya adalah ketetapan ALLAH
Semua Kebaikan/keburukan Yg Menimpamu dan Orang Lain adalah Ketetapan ALLAH. Jadi BERSABARLAH
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami" (At Taubah 51)
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami" (At Taubah 51)
Rabu, 30 Maret 2011
Balasan ALLAH kepada raja zalim dan raja adil
Sebuah hadist qudsi barangkali baik untuk perenungan kita tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. DUlu ada seorang raja yang sepanjang hidupnya hanya berbuat maksiat dan zalim. Kemudian dia jatuh sakit. Para tabib meminta raja agar mengucapkan selamat berpisah saja sebab dia tidak bisa diosembuhkan kecuali dengan sejenis ikan. Saat itu bukan musimnya ikan tersebut muncul. ALLAH mendengar itu, memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan agar muncul di permukaan. Raja akhirnya dapat memakan ikan itu. Dia sembuh.
Pada saat lain di negeri lain, ada seorang raja yang adil, saleh, jatuh sakit. Para tabib menyatakan hal yang sama, bahwa obatnya adalah ikan yang ada di perairan tertentu. Tapi, jangan kawatir, ujar tabib, saat ini adalah saat ikan itu bermunculan di permukaan. Jadi, dengan mudah akan didapatkan obat bagi sakitnya sang raja. Saat itu ALLAH memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan itu di tempat tersembunyi. Tentu saja, raja yang shaleh dan adil itu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Konon di alam malaikat, para malaikat kebingungan. Mengapa doa raja yang shaleh tidak dipenuhi sementara dooa raja yang zalim dipenuhi? Kemudian ALLAH berfirman, "Walaupun raja itu zalim, dia pernah berbuat baik. Demi kasih sayang-KU, aku berikan balasan pahala amal baiknya. Sebelum meninggal dunia, masih ada amal baiknya yang belum aku balas. Maka aku segerakan membalasnya, supaya dia datang kepada-KU hanya dengan membawa dosa-dosanya. Demikian juga dengan raja yang shaleh. Walaupun dia banyak berbuat baik, dia pernah berbuat buruk. Aku balas semua keburukannya dengan musibah. Menjelang kematiannya, masih ada dosanya yang belum KUbalas. Maka, AKU tolak doanya untuk mendapatkan kesembuhan, supaya dia datang kepada-KU, dia hanya membawa amal salehnya". (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : beruntunglah orang-orang yg mendapat musibah, jika bersabar maka dosa-dosanya akan digugurkan
Pada saat lain di negeri lain, ada seorang raja yang adil, saleh, jatuh sakit. Para tabib menyatakan hal yang sama, bahwa obatnya adalah ikan yang ada di perairan tertentu. Tapi, jangan kawatir, ujar tabib, saat ini adalah saat ikan itu bermunculan di permukaan. Jadi, dengan mudah akan didapatkan obat bagi sakitnya sang raja. Saat itu ALLAH memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikan-ikan itu di tempat tersembunyi. Tentu saja, raja yang shaleh dan adil itu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Konon di alam malaikat, para malaikat kebingungan. Mengapa doa raja yang shaleh tidak dipenuhi sementara dooa raja yang zalim dipenuhi? Kemudian ALLAH berfirman, "Walaupun raja itu zalim, dia pernah berbuat baik. Demi kasih sayang-KU, aku berikan balasan pahala amal baiknya. Sebelum meninggal dunia, masih ada amal baiknya yang belum aku balas. Maka aku segerakan membalasnya, supaya dia datang kepada-KU hanya dengan membawa dosa-dosanya. Demikian juga dengan raja yang shaleh. Walaupun dia banyak berbuat baik, dia pernah berbuat buruk. Aku balas semua keburukannya dengan musibah. Menjelang kematiannya, masih ada dosanya yang belum KUbalas. Maka, AKU tolak doanya untuk mendapatkan kesembuhan, supaya dia datang kepada-KU, dia hanya membawa amal salehnya". (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : beruntunglah orang-orang yg mendapat musibah, jika bersabar maka dosa-dosanya akan digugurkan
Sabar dalam doa, insyaALLAH akan dikabulkan
Sahabatku, sesungguhnya ada satu hal yang membuat para nabi dapat bergembira ketika menerima penderitaan. Yaitu, mereka telah memutuskan berlari menuju ALLAH. Mereka terus-menerus percaya dan meyakini bahwa ALLAH sangat-sangat adil dan penyayang. Jika ada satu dua penderitaan, itu hanya jalan menuju kebahagiaan. Nabi Zakariya as adalah nabi yang sangat sabar. Dia berdoa selama empat puluh tahun untuk bisa mendapatkan anak. EMpat puluh tahun dia berdoa, empat puluh tahun juga doanya tidak dijawab. Namun karena dia telah "berlari di dalam ALLAH" dia terus berdoa sampai akhirnya berbahagia (mendapatkan anak). (La Tahzan for Teens, 2008)
InsyaALLAH, hamba termasuk orang yang sabar
Beriman berarti berlari hanya kepada ALLAH. Apapun masalahnya, ALLAH Mahatahu dan akan memberikan jalan yang terbaik. Seorang manusia muda memberikan teladan yang sangat baik. Seorang manusia muda memberikan teladan yang sangat baik. Dia begitu pasrah ketika bapaknya diperintahkan ALLAH untuk menyembelihnya, "Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash Shaaffaat 37) Inilah sikap iman yang mau menerima apa pun keputusan/ketetapan ALLAH. (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : Apapun ujian/musibah/ketetapan ALLAH yang menimpamu, semoga ALLAH menjadikanmu termasuk orang-orang yang bersabar.
nb : Apapun ujian/musibah/ketetapan ALLAH yang menimpamu, semoga ALLAH menjadikanmu termasuk orang-orang yang bersabar.
Jangan bersedih
Jangan bersedih karena kesedihan dapat membuat kita terkejut terhadap masa lalu, membuat kita takut menghadapi masa depan, dan menyia-nyiakan hidup kita pada hari yang sedang dijalani : hari ini. Jangan bersedih sebab kesedihan dapat menghancurkan hati dan memudarkan cita-cita. Jangan bersedih, karena bersedih akan menyenangkan hati musuh kita, menyusahkan teman, menggembirakan yang dengki, dan mengubah berbagai apa yang akan menjadi hak kita.
Jangan bersedih, karena kesedihan sama artinya menentang qadha, memusuhi ketetapan ALLAH.(La Tahzan for Teens, 2008)
Jangan bersedih, karena bersedih akan membuat setan tertawa setelah berhasil menipu kita untuk menentang keputusan/takdir ALLAH dan tidak mensyukuri nikmat ALLAH.
Jangan bersedih, karena kesedihan sama artinya menentang qadha, memusuhi ketetapan ALLAH.(La Tahzan for Teens, 2008)
Jangan bersedih, karena bersedih akan membuat setan tertawa setelah berhasil menipu kita untuk menentang keputusan/takdir ALLAH dan tidak mensyukuri nikmat ALLAH.
Jangan terlalu memikirkan masa depan
Ada banyak manusia yang menduga-duga masa depan, seraya menganggap masa depan penuh sesak dengan segala macam masalah, jatuh miskin, dan tertimpa banyak musibah. Padahal semua itu merupakan strategi yang telah dikaji secara serius dari "Lembaga Penipuan Setan".
"Setan menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan dan memerintahkan kalian untuk berbuat dosa, sedang ALLAH menjanjikan ampunan dan pahala-NYA untuk kalian (Al-Baqarah 268)
Terlalu mencemaskan masa depan membuat pikiran kita menjadi mati dan penuh ketakutan. Terlalu memikirkan masalah masa depan menjerumuskan kita pada keyakinan bahwa hidup ini mau kiamat. (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : Setan akan membisikkan dalam dada seseorang ketakutan akan masa depan yang hancur, bangkrut, kelaparan, dan binasa, sehingga seseorang akan berupaya menumpuk harta dan meninggalkan ibadah. Padahal harta itulah yang pada akhirnya menjerumuskannya dalam kebinasaan di neraka
"Setan menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan dan memerintahkan kalian untuk berbuat dosa, sedang ALLAH menjanjikan ampunan dan pahala-NYA untuk kalian (Al-Baqarah 268)
Terlalu mencemaskan masa depan membuat pikiran kita menjadi mati dan penuh ketakutan. Terlalu memikirkan masalah masa depan menjerumuskan kita pada keyakinan bahwa hidup ini mau kiamat. (La Tahzan for Teens, 2008)
nb : Setan akan membisikkan dalam dada seseorang ketakutan akan masa depan yang hancur, bangkrut, kelaparan, dan binasa, sehingga seseorang akan berupaya menumpuk harta dan meninggalkan ibadah. Padahal harta itulah yang pada akhirnya menjerumuskannya dalam kebinasaan di neraka
Harta adalah siksaan ALLAH
Banyaknya Harta dan Anak Orang Kafir adalah siksaan ALLAH
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir (At Taubah 55)
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir (At Taubah 55)
Kesabaran Muhammad bin Ali at-Tirmidzi
"Apabila guru (Muhammad bin Ali at-Tirmidzi) marah kepada kalian, apakah kalian tahu?" seseorang bertanya kepada keluarga Tirmidzi.
"Ya, kami tahu" mereka menjawab, "Setiap kali ia marah kepada kami, maka ia bersikap lebih ramah daripada biasanya. Kemudian ia tidak mau makan dan minum. Ia menangis dan memohon kepada ALLAH : "Ya ALLAH, apa perbuatanku yg menimbulkan murka-MU sehingga ENGKAU membuat keluargaku sendiri menentangku? Ya ALLAH, aku mohon ampun-MU! Tunjukkanlah mereka jalan yang benar!" Apabila ia bersikap seperti demikian, tahulah kami bahwa ia sedang marah. Dan segeralah kamu bertaubat agar ia lepas dari dukacitanya itu" (Kisah Para SUfi (Wali), 1998)
"Ya, kami tahu" mereka menjawab, "Setiap kali ia marah kepada kami, maka ia bersikap lebih ramah daripada biasanya. Kemudian ia tidak mau makan dan minum. Ia menangis dan memohon kepada ALLAH : "Ya ALLAH, apa perbuatanku yg menimbulkan murka-MU sehingga ENGKAU membuat keluargaku sendiri menentangku? Ya ALLAH, aku mohon ampun-MU! Tunjukkanlah mereka jalan yang benar!" Apabila ia bersikap seperti demikian, tahulah kami bahwa ia sedang marah. Dan segeralah kamu bertaubat agar ia lepas dari dukacitanya itu" (Kisah Para SUfi (Wali), 1998)
Sabtu, 19 Maret 2011
Kesabaran Jalaluddin Ar-Rumi
Suatu hari Jalaluddin Ar-Rumi bertemu dg dua orang yg sedang bercek-cok. Salah seorang diantaranya berkata, "Kalau kamu berkata sepatah kata, aku akan membalas dg sepuluh kata". Mendengar omelan itu, Jalaluddin menyela, "Contohlah aku! kalau kalian berkata kepadaku 1000 kali, aku tidak akan membalas sepatah kata pun". Seketika itu juga keduanya bersimpuh dikakinya, dan kembali rukun (Kisah Para Sufi (Wali), 1998)
Minggu, 13 Maret 2011
Keadilan ALLAH
Nabi Musa as bermunajat kepada ALLAH di bukit Tursina. Dia berkata dalam munajatnya, “Ya ALLAH perlihatkanlah kepadaku keadilan-MU”.
ALLAH SWT berfirman, “Engkau adalah orang yang suka tergesa-gesa, cepat marah, berani, dan tidak mampu untuk bersabar”.
Musa berkata, “Aku mampu bersabar dengan taufik-MU”
ALLAH berfirman, “Pergilah ke mata air fulaniyah, bersembunyilah didekat mata air itu, dan lihatlah kekuasaan dan ilmu-KU dalam hal-hal gaib”
Kemudian Musa naik ke bukit yang dekat dengan mata air itu dan bersembunyi. Kemudian dating seorang penunggang kuda ke mata air itu. Dia turun dari kudanya, berwudhu, dan meminum airnya. DIa mengambil kantong yang berisi uang seribu dinar. Dia letakkan disampingnya, kemudian shalat. Setelah itu, dia pergi dan lupa akan kantongnya. Datanglah anak kecil. Dia minum dari mata air itu dan mengambil kantong tersebut. Setelah itu, dating seorang kakek-kakek buta. Dia minum dari mata air itu, berwudhu, dan berdiri untuk sholat. Penunggang kuda yang tadi teringat akan kantongnya. Dia kembali ke mata air tersebut. Dia menemukan kakek-kakek itu dan berkata kepadanya, “Aku lupa meninggalkan kantongku yang berisi uang seribu dinar di tempat ini. Pada saat ini, hanya engkau yang ada ditempat ini”.
Orang buta itu berkata, “Ketauhilah, aku ini orang buta. Bagaimana mungkin aku dapat mengambil kantongmu?”
Penunggang kuda itu marah. DIa mencabut pedangnya dan membunuh kakek buta itu dengan pedang tersebut. Kemudian dia mencari-cari kantongnya, tetapi tidak ditemukan. Akhirnya ia pergi dan meninggalkan mayat kakek buta itu. Pada waktu itu, Musa berkata, “Tuhanku, kesabaranku telah habis, sedangkan ENGKAU Mahaadil. Oleh karena itu, beritahulah aku bagaimana hal ini bias terjadi”.
Lalu turun Malaikat Jibril as dan berkata, “ALLAH telah berfirman : “AKU Mahatahu atas hal-hal yang tersembunyi. AKU mengetahui apa-apa yang kamu tidak ketahui. ANak kecil yang mengambil kantong itu, dia mengambil hak miliknya. Ayah anak itu adalah orang yang bekerja pada si penunggang kuda. Ayahnya telah mengumpulkan hasil sebanyak uang yang ada dalam kantong tadi. Dengan demikian, anak itu mengambil haknya. Sementara itu, kakek buta tersebut, sebelum buta dia telah membunuh ayah anak kecil tadi. AKU telah menceritakan kejadian itu. Dan setiap orang telah mendapatkan haknya. Keadilan-Ku sangat akurat””.
Ketika mendengar penjelas itu, Musa merasa malu dan beristighfar (mohon ampun kepada ALLAH). (Al-Ghazali)
ALLAH SWT berfirman, “Engkau adalah orang yang suka tergesa-gesa, cepat marah, berani, dan tidak mampu untuk bersabar”.
Musa berkata, “Aku mampu bersabar dengan taufik-MU”
ALLAH berfirman, “Pergilah ke mata air fulaniyah, bersembunyilah didekat mata air itu, dan lihatlah kekuasaan dan ilmu-KU dalam hal-hal gaib”
Kemudian Musa naik ke bukit yang dekat dengan mata air itu dan bersembunyi. Kemudian dating seorang penunggang kuda ke mata air itu. Dia turun dari kudanya, berwudhu, dan meminum airnya. DIa mengambil kantong yang berisi uang seribu dinar. Dia letakkan disampingnya, kemudian shalat. Setelah itu, dia pergi dan lupa akan kantongnya. Datanglah anak kecil. Dia minum dari mata air itu dan mengambil kantong tersebut. Setelah itu, dating seorang kakek-kakek buta. Dia minum dari mata air itu, berwudhu, dan berdiri untuk sholat. Penunggang kuda yang tadi teringat akan kantongnya. Dia kembali ke mata air tersebut. Dia menemukan kakek-kakek itu dan berkata kepadanya, “Aku lupa meninggalkan kantongku yang berisi uang seribu dinar di tempat ini. Pada saat ini, hanya engkau yang ada ditempat ini”.
Orang buta itu berkata, “Ketauhilah, aku ini orang buta. Bagaimana mungkin aku dapat mengambil kantongmu?”
Penunggang kuda itu marah. DIa mencabut pedangnya dan membunuh kakek buta itu dengan pedang tersebut. Kemudian dia mencari-cari kantongnya, tetapi tidak ditemukan. Akhirnya ia pergi dan meninggalkan mayat kakek buta itu. Pada waktu itu, Musa berkata, “Tuhanku, kesabaranku telah habis, sedangkan ENGKAU Mahaadil. Oleh karena itu, beritahulah aku bagaimana hal ini bias terjadi”.
Lalu turun Malaikat Jibril as dan berkata, “ALLAH telah berfirman : “AKU Mahatahu atas hal-hal yang tersembunyi. AKU mengetahui apa-apa yang kamu tidak ketahui. ANak kecil yang mengambil kantong itu, dia mengambil hak miliknya. Ayah anak itu adalah orang yang bekerja pada si penunggang kuda. Ayahnya telah mengumpulkan hasil sebanyak uang yang ada dalam kantong tadi. Dengan demikian, anak itu mengambil haknya. Sementara itu, kakek buta tersebut, sebelum buta dia telah membunuh ayah anak kecil tadi. AKU telah menceritakan kejadian itu. Dan setiap orang telah mendapatkan haknya. Keadilan-Ku sangat akurat””.
Ketika mendengar penjelas itu, Musa merasa malu dan beristighfar (mohon ampun kepada ALLAH). (Al-Ghazali)
Ketetapan ALLAH pasti terjadi
Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi SUlaiman bin Daud as. Malaikat Maut melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada salah seorang pembantu Nabi Sulaiman as. Ketika Malaikat Maut keluar, laki-laki itu bertanya, “Wahai Nabi ALLAH, siapakah orang yang masuk tadi?”
Nabi SUlaiman as menjawab, “Malaikat Maut”
Laki-laki itu berkata, “Aku takut Malaikat Maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya”.
Nabi Sulaiman as berkata, “Bagaimana caramu menghindar darinya?”
Laki-laki itu menjawab, “Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku”
Nabi Sulaiman as menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju. Malaikat Maut kembali dan menemui Nabi SUlaiman as. Kemudian Nabi Sulaiman as bertanya kepada Malaikat Maut, “Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?”
Malaikat Maut berkata, “Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir ALLAH SWT” (Al-Ghazali)
Nabi SUlaiman as menjawab, “Malaikat Maut”
Laki-laki itu berkata, “Aku takut Malaikat Maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya”.
Nabi Sulaiman as berkata, “Bagaimana caramu menghindar darinya?”
Laki-laki itu menjawab, “Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku”
Nabi Sulaiman as menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju. Malaikat Maut kembali dan menemui Nabi SUlaiman as. Kemudian Nabi Sulaiman as bertanya kepada Malaikat Maut, “Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?”
Malaikat Maut berkata, “Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir ALLAH SWT” (Al-Ghazali)
Berhati-hatilah dengan : marah, kikir, dan wanita
Diriwayatkan bahwa iblis melihat Musa as dan berkata, “Musa, aku akan mengajarimu tiga perkara dan engkau mohonkan kepada ALLAH SWT satu keperluan untukku”
Musa bertanya, “Apakah ke tiga perkara itu?”
Iblis menjawab, “Musa, waspadalah engkau dari rasa marah, sesungguhnya kemarahan adalah seringan-ringannya kepala, dan aku akan mempermainkan sebagaimana anak-anak kecil memainkan bola. Waspadalah engkau terhadap sifat kikir, sesungguhnya aku akan menghancurkan orang kikir, baik dunianya maupun agamanya. Waspadalah terhadap wanita, sesungguhnya aku tidak pernah mengambil sekutu yang begitu aku percayai dari kalangan makhluk kecuali wanita” (Al-Ghazali)
Musa bertanya, “Apakah ke tiga perkara itu?”
Iblis menjawab, “Musa, waspadalah engkau dari rasa marah, sesungguhnya kemarahan adalah seringan-ringannya kepala, dan aku akan mempermainkan sebagaimana anak-anak kecil memainkan bola. Waspadalah engkau terhadap sifat kikir, sesungguhnya aku akan menghancurkan orang kikir, baik dunianya maupun agamanya. Waspadalah terhadap wanita, sesungguhnya aku tidak pernah mengambil sekutu yang begitu aku percayai dari kalangan makhluk kecuali wanita” (Al-Ghazali)
Jangan berikan amal kebaikanmu kepada orang lain
Diceritakan tentang al-Husain bin Ali ra bahwa telah sampai kepadanya perkataan seseorang yang membuat dia tidak suka, maka dia mengambil sekeranjang penuh kurma yang baru dipetik dan membawanya ke rumah orang itu. Dia ketuk pintu rumah orang itu. Orang itu berdiri, membuka pintu, dan memandang Husain yang membawa keranjang. Orang itu bertanya, “Apa itu wahai cucu Rosulullah?”
Husain menjawab, “Ambillah sekeranjang kurma ini. Telah sampai kepadaku bahwa engkau telah menghadiahkan amal kebaikanmu kepadaku, maka aku membalasnya dengan ini” (Al-Ghazali)
Husain menjawab, “Ambillah sekeranjang kurma ini. Telah sampai kepadaku bahwa engkau telah menghadiahkan amal kebaikanmu kepadaku, maka aku membalasnya dengan ini” (Al-Ghazali)
Sorang istri yang dimarahi suaminya itu terlaknat
Seorang wanita mengadu kepada ayahnya sambil menangis, "Wahai ayahku, semalam aku sempat bersitegang dengan suamiku. Ia marah karena merasa tersinggung oleh salah satu ucapanku. Menyadari akan kemarahannya, aku pun menyesali apa yg telah aku perbuat, lalu aku meminta maaf kepadanya. Namun, dia tetap belum mau berbicara denganku dan terus memalingkan wajahnya dariku. Maka, aku terus berupaya merayunya dengan kemanjaan dan kelembutanku hingga ia tertawa ceria dan kembali menerimaku. Aku Takut Tuhanku mengambil nyawaku pada saat-saat diriku berada dalam kemarahan suamiku".
Sang ayah pun berkata, "Wahai putriku. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-NYA, jika engkau meninggal dunia sebelum ia meridhaimu, maka aku pun tidak akan ridha kepadamu. Bukankah engkau mengetahui bahwa seorang perempuan yang dimarahi suaminya itu terlaknat sebagaimana dikatakan dalam Taurat, Injil, Zabur dan AL-Quran. Bahkan, bukankah kemarahan suami itu bisa mempersulit sakratul mautnya dan mempersempit kuburannya. Maka beruntunglah seorang wanita yang suaminya selalu tenteram dan rela kepadanya". (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Sang ayah pun berkata, "Wahai putriku. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-NYA, jika engkau meninggal dunia sebelum ia meridhaimu, maka aku pun tidak akan ridha kepadamu. Bukankah engkau mengetahui bahwa seorang perempuan yang dimarahi suaminya itu terlaknat sebagaimana dikatakan dalam Taurat, Injil, Zabur dan AL-Quran. Bahkan, bukankah kemarahan suami itu bisa mempersulit sakratul mautnya dan mempersempit kuburannya. Maka beruntunglah seorang wanita yang suaminya selalu tenteram dan rela kepadanya". (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Selasa, 01 Maret 2011
Jangan Risau Akan Rejeki
Sesungguhnya ALLAH lah yang mencukupimu kemarin, dan DIA pula yang akan mencukupimu kebutuhan esok hari (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Kesabaran Fatimah az-Zahra binti Rosulullah
Fatimah az-Zahra binti Rosulullah pernah mengalami kelaparan selama beberapa hari. Saat itu, suaminya Ali ra melihat wajahnya pucat pasi. Maka ia bertanya kepadanya, "Kenapa engkau pucat demikian, wahai Fatimah?"
Fatimah menjawab, "Sejak tiga hari yang lalu kami tidak mempunyai makanan di rumah!". Ali berkata, "Mengapa engkau tidak memberitahuku?". Ia menjawab, "Sebab, pada malam pernikahan kita dahulu, Rosulullah saw pernah berpesan kepadaku seperti ini : "Wahai Fatimah, Jika Ali ra datang kepadamu dengan membawa sesuatu, makanlah! Namun, bila ia tidak membawa apa-apa, janganlah sekali-kali menanyakannya" (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Fatimah menjawab, "Sejak tiga hari yang lalu kami tidak mempunyai makanan di rumah!". Ali berkata, "Mengapa engkau tidak memberitahuku?". Ia menjawab, "Sebab, pada malam pernikahan kita dahulu, Rosulullah saw pernah berpesan kepadaku seperti ini : "Wahai Fatimah, Jika Ali ra datang kepadamu dengan membawa sesuatu, makanlah! Namun, bila ia tidak membawa apa-apa, janganlah sekali-kali menanyakannya" (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Meratapi Kegagalan = Kufur Atas Keputusan ALLAH
Sesungguhnya meratapi kegagalan masa lalu, menangisi penderitaan dan mengumpat kekalahan itu, dalam pandangan islam merupakan salah satu bentuk kekufuran kepada ALLAH dan ketidakrelaan atas ketentuan dan ketetapan-NYA (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Kebahagiaan hanya ada di surga
Adalah salah besar, bila engkau berpikir bahwa hidup ini harus memberimu kebaikan seratus persen. Itu hanya akan terwujud di surga nanti. Di dunia ini, segala sesuatu bersifat nisbi, tidak semua yang engkau inginkan dapat menjadi kenyataan. Bahkan apa yang disebut dengan musibah, ujian, dan cobaan itu pasti akan datang menerpa kepada siapa saja dan dimana saja.
Jangan mengkhayal, bahwa dalam hidup ini engkau akan sehat tanpa pernah sakit, selalu kaya dan tidak pernah miskin, mendapatkan suami yang tanpa cela dan teman tanpa aib, semua ini mustahil terjadi.
Maka bersyukurlah engkau tatkala mendapat kesenangan, dan bersabarlah ketika tertimpa musibah. (Menjadi Waniota Paling Bahagia, 2007)
Jangan mengkhayal, bahwa dalam hidup ini engkau akan sehat tanpa pernah sakit, selalu kaya dan tidak pernah miskin, mendapatkan suami yang tanpa cela dan teman tanpa aib, semua ini mustahil terjadi.
Maka bersyukurlah engkau tatkala mendapat kesenangan, dan bersabarlah ketika tertimpa musibah. (Menjadi Waniota Paling Bahagia, 2007)
Dengan istighfar rejeki akan mengalir
Seorang wanita berkisah :
"Suamiku meninggal dunia saat aku berumur tiga puluh tahun. Waktu itu, aku telah dikaruniai lima orang anak. Tak ayal, dunia pun terasa gelap gulita di mataku, dari hari ke kari aku hanya bisa menangis seraya meratapi nasibku hingga kering air mataku. Aku semakin putus asa dan hari-hariku terus diliputi oleh kesedihan, kegundahan, dan kecemasan. Apalagi, bila aku mengingat kelima anak-anakku yang masih kecil-kecil, sedang diriku sama sekali tidak memiliki pendapatan yang memadai untuk hidup mereka. Akhirnya, aku pun menjual sedikit demi sedikit harta peninggalan suamiku yang tak seberapa.
Syahdan, suatu hari aku menyendiri di kamar sambil mendengarkan siaran Al-Quran dan ceramah dari sebuah radio transistor. Lalu, terdengar olehku seorang syaikh menuturkan, "Barangsiapa memperbanyak istigfar, maka ALLAH akan mengusir segala kesedihan yang menghantuinya dan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya".
Sejak mendengar ceramah itu, aku terus memperbanyak istigfar. Demikian juga dengan anak-anakku, aku perintahkan mereka untuk melakukan hal yang sama. Tidak disangka, enam bulan kemudian sebuah proyek besar membutuhkan sebagian tanah kami dan siapo memberi ganti rugi berjuta-juta.
Bersamaan dengan itu, ankku yang pertama berhasil menjadi pelajar tauladan di kota kami. Bahkan, ia sudah hafal al-Quran dengan sempurna dan sering mendapat undangan pengajian di masyarakatku. Singkat cerita, sejak itu rumah kami serasa dipenuhi dengan anugerah, hidup kami lebih nyaman dan sejahtera dan ALLAH menjadikan putera-puteriku sebagai orang-orang yang sukses dan sholeh. Demikianlah kesedihan, kecemasan, kerisauan, dan kegelisahan pun sirna dariku. Dan akhirnya, aku pun menjadi wanita paling bahagia". (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
"Suamiku meninggal dunia saat aku berumur tiga puluh tahun. Waktu itu, aku telah dikaruniai lima orang anak. Tak ayal, dunia pun terasa gelap gulita di mataku, dari hari ke kari aku hanya bisa menangis seraya meratapi nasibku hingga kering air mataku. Aku semakin putus asa dan hari-hariku terus diliputi oleh kesedihan, kegundahan, dan kecemasan. Apalagi, bila aku mengingat kelima anak-anakku yang masih kecil-kecil, sedang diriku sama sekali tidak memiliki pendapatan yang memadai untuk hidup mereka. Akhirnya, aku pun menjual sedikit demi sedikit harta peninggalan suamiku yang tak seberapa.
Syahdan, suatu hari aku menyendiri di kamar sambil mendengarkan siaran Al-Quran dan ceramah dari sebuah radio transistor. Lalu, terdengar olehku seorang syaikh menuturkan, "Barangsiapa memperbanyak istigfar, maka ALLAH akan mengusir segala kesedihan yang menghantuinya dan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya".
Sejak mendengar ceramah itu, aku terus memperbanyak istigfar. Demikian juga dengan anak-anakku, aku perintahkan mereka untuk melakukan hal yang sama. Tidak disangka, enam bulan kemudian sebuah proyek besar membutuhkan sebagian tanah kami dan siapo memberi ganti rugi berjuta-juta.
Bersamaan dengan itu, ankku yang pertama berhasil menjadi pelajar tauladan di kota kami. Bahkan, ia sudah hafal al-Quran dengan sempurna dan sering mendapat undangan pengajian di masyarakatku. Singkat cerita, sejak itu rumah kami serasa dipenuhi dengan anugerah, hidup kami lebih nyaman dan sejahtera dan ALLAH menjadikan putera-puteriku sebagai orang-orang yang sukses dan sholeh. Demikianlah kesedihan, kecemasan, kerisauan, dan kegelisahan pun sirna dariku. Dan akhirnya, aku pun menjadi wanita paling bahagia". (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Banyak yg lebih menderita dari dirimu
Perhatikan dan renungkan apa yg terjadi disekitarmu. Bukankah dirumah-rumah sakit masih terdapat sekian ranjang putih yang diatasnya terbaring ribuan manusia yang menderita penyakit kroonis dan cacat selama bertahun-tahun? Bukankah dipenjara masih terdapat ribuan manusia yg hidup dibalik jeruji besi dengan nista dan kehilangan nikmatnya kehidupan di alam bebas ini? Bukankah di berbagai rumah sakit jiwa masih terdapat banyak manusia yg kehilangan akal sehatnya, lenyap kesadarannya dan kemudian menjadi gila? Bukankah disekitarmu masih banyak fakir miskin yang tinggal di gubuk-gubuk kardus dan kesulitan hanya untuk mendapatkan sepotong roti saja? Bukankah diluar sana masih ada sekian banyak wanita yang harus kehilangan anak-anaknya karena sebuah musibah yang mendera? Bukankah disekitarmu juga masih ada sekian seorang cacat, tuna netra, tuna wicara, tuna rungu, dan kehilangan sebagian anggota badannya, seperti kaki, tangan, dan lain sebagainya? Bahkan diantara mereka juga ada yg kehilangan akal sehatnya, atau terkena penyakit kanker yang ganas dan mematikan itu?
Lalu lihatlah dirimu, engkau masih dalam keadaan sehat sejahtera, aman, tenteram, dan damai. Oleh karena itu bersyukurlah kepada ALLAH atas segala nikmatnya-NYA. (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Lalu lihatlah dirimu, engkau masih dalam keadaan sehat sejahtera, aman, tenteram, dan damai. Oleh karena itu bersyukurlah kepada ALLAH atas segala nikmatnya-NYA. (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
Kamis, 24 Februari 2011
Azab Pada Orang Kafir/Dzalim Pasti Datang
Azab Pada Orang Kafir/Dzalim Pasti Datang, Jadi Janganlah Meminta Disegerakan.
Dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya (Al 'Ankabuut 53)
Dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka (Al Ahqaaf 35)
Dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya (Al 'Ankabuut 53)
Dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka (Al Ahqaaf 35)
Bersabar Terhadap Ujian Adalah Kewajiban
Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Luqman 17)
Sesungguhnya musibah adalah kebaikan
Rosulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki oleh ALLAH mendapat kebaikan, akan diuji oleh-NYA dengan suatu musibah” (al-Bukhari)
Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya bala’ (musibah). Sesungguhnya ALLAH SWT apabila menyukai suatu kaum, DIA akan menguji mereka dengan suatu bala’. Barangsiapa yg rela menerimanya, maka dia mendapat keriodhaan ALLAH, dan barang siapa yg tidak rela, maka dia akan mendapat kemurkaan ALLAH (at Tirmidzi)
Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya bala’ (musibah). Sesungguhnya ALLAH SWT apabila menyukai suatu kaum, DIA akan menguji mereka dengan suatu bala’. Barangsiapa yg rela menerimanya, maka dia mendapat keriodhaan ALLAH, dan barang siapa yg tidak rela, maka dia akan mendapat kemurkaan ALLAH (at Tirmidzi)
Sedekah tidak akan mengurangi harta
Sebagian orang menganggap bahwa sedekah mengurangi harta dan mendekatkan manusia kepada kefakiran, sehingga ia akan hidup dalam kekhawatiran sekalipun memiliki banyak harta. Anggapan ini sesungguhnya hanyalah was-was dari setan yang dibisikkan ke dalam jiwa orang-orang yang lemah imannya.
“Setan menjadikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)” (Al-Baqarah 268)
Sesungguhnya harta tidak akan berkurang bahkan bertambah/berlipat ganda jika bersedekah. Dan orang yg bersabar saat mendapat penganiayaan, akan dimuliakan ALLAH
Rosulullah saw bersabda, “Tidaklah berkurang harta seorang hamba karena disedekahkan dan tidaklah dianiaya seorang hamba dengan suatu penganiayaan, lalu ia bersabar atasnya, kecuali ALLAH akan menambah kemuliaan baginya” (at Tirmidzi). (Makna dan Hikmah Sabar, 2000)
“Setan menjadikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)” (Al-Baqarah 268)
Sesungguhnya harta tidak akan berkurang bahkan bertambah/berlipat ganda jika bersedekah. Dan orang yg bersabar saat mendapat penganiayaan, akan dimuliakan ALLAH
Rosulullah saw bersabda, “Tidaklah berkurang harta seorang hamba karena disedekahkan dan tidaklah dianiaya seorang hamba dengan suatu penganiayaan, lalu ia bersabar atasnya, kecuali ALLAH akan menambah kemuliaan baginya” (at Tirmidzi). (Makna dan Hikmah Sabar, 2000)
Bersabar atas hinaan
Bersabarlah Terhadap Orang Yg Menghinamu, Jauhi Saja Mereka Tanpa Membalas Hinaannya
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (Al Muzzammil 10)
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (Al Muzzammil 10)
Kesabaran Ali bin Abi Thalib ra
Ali pernah memanggil budaknya sampai mengulang 3 kali, namun tak ada jawaban. Maka dicarinya sibudak, lalu dilihatnya sedang berbaring. Ali berkata, "Apakah engkau tak mendengar?". "Ya, saya mendengar". "Lalu, mengapa engkau tak menjawab?" tanya Ali. "Karena saya yakin bahwa tuan tak akan menghukumku!". Mendengar itu, Ali berkata, "Pergilah, engkau kumerdekakan" (Al-Ghazali)
Kesabaran Ahnaf bin Qais
Seorang laki2 mencaci Ahnaf bin Qais, sementara ia tidak menjawabnya. Namun orang itu terus mengikutinya sambil menujukan caciannya. Sehingga ketika telah berada dekat dg kampung tempat tinggalnya, Ahnaf berhenti dan berkata, "Kalau masih ada yg tersisa dari cacian anda, katakanlah sekarang. Agar tak terdengar oleh beberapa anak2 nakal dikampungku, dan mengganggu anda karenanya (Al-Ghazali)
Jumat, 18 Februari 2011
Kesabaran Uwais Al-Qaraniy
Dikisahkan bahwa Uwais Al-Qaraniy sering dilempari batu oleh sekelompok anak-anak, setiap kali mereka melihatnya. Lalu katanya, "Hai saudara-saudaraku, kalau memang harus kalian melempari aku, tolong lempari aku dengan batu yg kecil-kecil saja. Agar kalian tak melukai kakiku yg akan menghalangiku untuk sholat dg berdiri" (Al Ghazali)
Kesabaran Dari Qais bin Ashim
Pernah ditanyakan kepada ahnaf bin Qais, "Dari siapakah anda belajar menjadi seorang penyantun (penyabar dan pemaaf)?"
"Dari Qais bin Ashim", jawab Ahnaf
"Sampai seberapa jauh kesantunannya itu?" tanya orang itu
"Pada suatu ketika, ia sedang duduk di rumahnya, ketika seorang budak perempuan membawakan untuknya daging bakar di atas sebuah nampan yang panas. Malang baginya, nampan itu terjatuh diatas kepala seorang bayi, putra Qais, yang menyebabkan kematiannya. Si budak itu menjadi amat ketakutan, namun Qais berkata kepadanya, "Tidak usah kamu merasa takut, sejak kini kumerdekakan kamu, semata-mata demi mengharap keridhaan ALLAH SWT" (Al-Ghazali)
"Dari Qais bin Ashim", jawab Ahnaf
"Sampai seberapa jauh kesantunannya itu?" tanya orang itu
"Pada suatu ketika, ia sedang duduk di rumahnya, ketika seorang budak perempuan membawakan untuknya daging bakar di atas sebuah nampan yang panas. Malang baginya, nampan itu terjatuh diatas kepala seorang bayi, putra Qais, yang menyebabkan kematiannya. Si budak itu menjadi amat ketakutan, namun Qais berkata kepadanya, "Tidak usah kamu merasa takut, sejak kini kumerdekakan kamu, semata-mata demi mengharap keridhaan ALLAH SWT" (Al-Ghazali)
Kesabaran Abu Utsman Al-Hiriy : hukuman abu
Suatu ketika Abu Utsman Al-Hiriy sedang berjalan disebuah lorong sempit, ketika seseorang -dari atap sebuah rumah- melemparkan sebuah baskom penuh abu diatas kepalanya. Segera ia turun dari tunggangannya dan melakukan sujud syukur, kemudian menepiskan abu itu dari pakaiannya. Ia pun melanjutkan perjalanannya tanpa mengatakan sesuatu. Beberapa diantara kawan-kawannya berkata kepadanya, "Tidakkah seharusnya anda memerahi mereka?". Ia menjawab, "Orang yang layak baginya memperoleh hukuman api (neraka), lalu (oleh ALLAH) diberi keringanan dengan hanya menerima hukuman dengan abu, tidaklah patut baginya untuk marah!" (Al-Ghazali)
Kesabaran Abu Utsman AL-Hiriy
Suatu ketika, Abu Utsman AL-Hiriy diajak makan oleh seorang yang sengaja ingin mengujinya. Maka ketika sampai dirumahnya, orang itu berkata, "Tak ada urusanku denganmu!". Mendengar itu, Abu Utsman segera pulang. Tetapi, belum begitu jauh ia melangkah, si pemilik rumah memanggilnya kembali. Dan kembalilah ia. Namun ketika sampai di depan rumahnya, orang itu berkata lagi, "Hai Ustadz, pulanglah!". Dan ia pun melangkah untuk pulang, sedangkan si pemilik rumah membiarkannya pergi sebentar, lalu memanggilnya kembali, untuk ketiga kalinya. Abu Utsman menurut saja, dan kembali mendatangi orang itu. Ketika sampai didepan pintunya, orang itu berkata, "Aku tidak punya waktu untukmu!". Dan sekali lagi Abu Utsman melangkah pulang, tetapi orang itu memanggilnya lagi. Begitulah seterusnya, berulang kali ia memperlakukan ABu Utsman seperti itu, sementara Abu Utsman tidak menunjukkan kekesalan hatinya sedikit pun. Sampai akhirnya, si pemilik rumah bersimpuh dibawah kedua kaki Abu Utsman, seraya berkata, "Wahai Ustadz, sesungguhnya aku hanya ingin menguji kesabaranmu. Betapa mulianya akhlak Anda!". Maka berkatalah Abu Utsman, "Sesungguhnya yg anda lihat dariku itu, tak lebih dari perangai seekor anjing (merasa tak berharga dihadapan ALLAH), apabila dipanggil, ia segera datang, dan apabila dibentak, ia pun terdiam". (Al-Ghazali)
Kesabaran Ibrahim bin Adham
Dikisahkan bahwa, pada suatu hari, Ibrahim bin Adham pergi ke suatu tempat di padang pasir, dan berjumpa dengan seorang tentara yang menegurnya: "Engkau seorang hamba/budak?" "Ya" jawab Ibrahim. Orang itu bertanya lagi: "Dimana tempat yang dihuni orang banyak?". Mendengar itu, ibrahim menunjuk ke tempat pekuburan. Orang itu mengulangi lagi pertanyaannya: "Yang saya tanyakan adalah tempat yg banyak penghuninya!" Jawab Ibrahim: "Itulah pekuburan". Merasa dipermainkan, tentara itu menjadi marah dan memukul kepala Ibrahim dg sebuah cambuk, sehingga menyebabkannya terluka dan berdarah. Lalu dikembalikannya ke kota dan berjumpa dg para pengikutnya. Mereka menanyakan: "Apa yg terjadi?" Tentara itu memberi tahu mereka mengenai pertanyaannya serta jawaban yg diterimanya. Orang-orang itu menjelaskan: "Ini adalah Ibrahim bin Adham!". Mendengar itu si tentara terkejut dan segera turun dari kudanya, lalu mencium kedua tangan dan kaki Ibrahim, sambil meminta maaf darinya.
Setelah itu beberapa orang menanyakan kepada Ibrahim, "Mengapa anda mengatakan kepadanya bahwa Anda seorang hamba/budak?" Jawab Ibrahim: "Ia tidak menanyakan kepadaku: "Hamba siapa anda?" tetapi bertanya : "Apakah anda seorang hamba/budak?" Maka aku pun menjawab "Ya". Karena aku adalah hamba ALLAH. Dan ketika ia memukul kepalaku, kumintakan surga baginya dari ALLAH SWT". Seorang dari mereka bertanya, "Mengapa? Bukankah ia telah menzalimi anda?". Jawab Ibrahim : "Aku tahu bahwa aku akan memperoleh pahala karena (bersabar atas) perbuatannya itu. Maka aku tak mau bagian yang kuperoleh darinya berupa kebaikan (pahala), sedangkan bagian yg diperolehnya dariku berupa keburukan (dosa karena telah memukulnya)". (Al-Ghazali)
Setelah itu beberapa orang menanyakan kepada Ibrahim, "Mengapa anda mengatakan kepadanya bahwa Anda seorang hamba/budak?" Jawab Ibrahim: "Ia tidak menanyakan kepadaku: "Hamba siapa anda?" tetapi bertanya : "Apakah anda seorang hamba/budak?" Maka aku pun menjawab "Ya". Karena aku adalah hamba ALLAH. Dan ketika ia memukul kepalaku, kumintakan surga baginya dari ALLAH SWT". Seorang dari mereka bertanya, "Mengapa? Bukankah ia telah menzalimi anda?". Jawab Ibrahim : "Aku tahu bahwa aku akan memperoleh pahala karena (bersabar atas) perbuatannya itu. Maka aku tak mau bagian yang kuperoleh darinya berupa kebaikan (pahala), sedangkan bagian yg diperolehnya dariku berupa keburukan (dosa karena telah memukulnya)". (Al-Ghazali)
Merasa puas dengan dunia
Kesenangan kepada dunia, bernikmat-nikmat dg dunia, sungguh merupakan racun pembunuh, mengalir dalam urat-urat menuju hati, lalu mengeluarkan darinya semua perasaan takut, gelisah, ingatan kepada maut dan kepada kegalauan Hari Kiamat. Dan itulah saat-saat kematian hati. Sebagaimana firman ALLAH :
"mereka merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengannya" (Yunus 7). (Al-Ghazali)
"mereka merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengannya" (Yunus 7). (Al-Ghazali)
Selasa, 15 Februari 2011
Berlatih untuk diam
Siapa saja yang berniat menjaga lidahnya dari perbuatan menggunjing dan mencampuri urusan orang lain, hendaknya ia memaksa lidahnya agar senantiasa diam, kecuali untuk berdzikir kepada ALLAH, atau mengucapkan sesuatu yang perlu dalam agama. Sedemikian itu, sampai syahwatnya untuk berbicara menjadi mati sama sekali, dan ia tidak akan mengucapkan apa pun selain sesuatu yg haq (Al-Ghazali)
Tingkatan manusia dalam mengingat ALLAH
Dalam melaksanakan dzikir kepada ALLAH SWT, manusia terbagi atas empat tingkatan :
Pertama, seorang yg jiwanya 'tenggelam' dalam ingatan kepada-NYA. Tak sedikit pun ia akan berpaling kepada dunia, kecuali dalam keperluankeperluan hidup yg benar-benar dharuri (tidak boleh tidak). Orang seperti ini, termasuk kelompok shiddiqin (yg benar-benar tulus kepada-NYA atau para waliyullah). Tak seorang pun mampu mencapai tingkatan ini, kecuali dengan riyadhah dam kesabaran dalam menjauhi segala keinginan hawa nafsu, selama waktu yang amat lama.
Kedua, seorang yg hatinya telah 'ditenggelamkan' oleh kesibukan dunia, Sedemikian, sehingga tak ada lagi kesempatan untuk mengingat ALLAH, kecuali yang berupa bisikan yg meilntas, ketika berdzikir dengan lisannya saja, tanpa dihayati oleh hati. Orang seperti ini termasuk kelompok halikin (orang-orang yg binasa)
Ketiga, seorang yang disibukkan oleh dunia dan agama bersama-sama, namun yang lebih sering menyibukkan hatinya adalah agamanya. Orang seperti ini tidak terhindar sama sekali dari keharusan mendatangi neraka. Walaupun ia nantinya, akan diselamatkan dalam waktu yang singkat, tergantung banyak atau sedikitnya waktu yg dilaluinya dalam menyibukkan hatinya dalam mengingat ALLAH SWT
Keempat, seorang yang disibukkan oleh kedua-duanya, namun kesibukan dunianya lebih dominan atas hatinya. Orang seperti ini, akan menghuni neraka dalam waktu yang cukup lama, walaupun akhirnya ia pasti keluar juga, mengingat cukup kuatnya dzikir kepada ALLAH dalam hatinya, meskipun dzikirnya kepada dunia sering kali lebih menguasainya. (Al-Ghazali)
Pertama, seorang yg jiwanya 'tenggelam' dalam ingatan kepada-NYA. Tak sedikit pun ia akan berpaling kepada dunia, kecuali dalam keperluankeperluan hidup yg benar-benar dharuri (tidak boleh tidak). Orang seperti ini, termasuk kelompok shiddiqin (yg benar-benar tulus kepada-NYA atau para waliyullah). Tak seorang pun mampu mencapai tingkatan ini, kecuali dengan riyadhah dam kesabaran dalam menjauhi segala keinginan hawa nafsu, selama waktu yang amat lama.
Kedua, seorang yg hatinya telah 'ditenggelamkan' oleh kesibukan dunia, Sedemikian, sehingga tak ada lagi kesempatan untuk mengingat ALLAH, kecuali yang berupa bisikan yg meilntas, ketika berdzikir dengan lisannya saja, tanpa dihayati oleh hati. Orang seperti ini termasuk kelompok halikin (orang-orang yg binasa)
Ketiga, seorang yang disibukkan oleh dunia dan agama bersama-sama, namun yang lebih sering menyibukkan hatinya adalah agamanya. Orang seperti ini tidak terhindar sama sekali dari keharusan mendatangi neraka. Walaupun ia nantinya, akan diselamatkan dalam waktu yang singkat, tergantung banyak atau sedikitnya waktu yg dilaluinya dalam menyibukkan hatinya dalam mengingat ALLAH SWT
Keempat, seorang yang disibukkan oleh kedua-duanya, namun kesibukan dunianya lebih dominan atas hatinya. Orang seperti ini, akan menghuni neraka dalam waktu yang cukup lama, walaupun akhirnya ia pasti keluar juga, mengingat cukup kuatnya dzikir kepada ALLAH dalam hatinya, meskipun dzikirnya kepada dunia sering kali lebih menguasainya. (Al-Ghazali)
Belajar Untuk Diam Dan Hindari Bicara Hal YG TDK Bermanfaat
Rosulullah saw bersabda, "Barangsiapa beriman kepada ALLAH dan hari akhir, hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang baik atau hendaklah ia diam" (HR Bukhari Muslim)
Putih dan hitamnya hati
Ali ra berkata, "Iman tampak sbg suatu nuktah (titik) putih dihati, setiap kali iman bertambah (dg ibadah), bertambah pula titik2 putih itu. Bila telah sempurna iman seseorang, maka hatinya menjadi putih benderang seluruhnya. Dan kemunafikan sbg titik hitam dihati, makin bertambah kemunafikan (dg maksiat), bertambah pula titik2 hitam itu, bila telah sempurna kemunafikan, hitam kelamlah hati seluruhnya" (Al-Ghazali)
Dunia bukan untuk dinikmati
Ali bin Abi Thalib ra berkata, "Barang siapa merindukan surga, niscaya ia takkan tergiur oleh segala kesenangan dunia". (Al-Ghazali)
Sebisa mungkin hindari kenikmatan dunia (meskipun kenikmatan yg mubah), agar tidak lupa dengan kehidupan akhirat
Sebisa mungkin hindari kenikmatan dunia (meskipun kenikmatan yg mubah), agar tidak lupa dengan kehidupan akhirat
Keutamaan akhlak yang baik
Anas bin malik berkata, "Seorang hamba -dengan akhlaknya yang baik- dapat mencapai derajat tertinggi di surga, sedangkan ia bukanlah seorang ahli ibadah. Dan -dengan akhlaknya yang buruk- dapoat terhempas ke dasar paling bawah neraka Jahanam, sedangkan ia seorang ahli ibadah". (Al-Ghazali)
Akhlak buruk jalan menuju neraka
Ada seseorang berkata kepada Rosulullah saw, "Ada seorang perempuan yang berpuasa di siang hari dan bertahajud di malam hari, sementara akhlaknya buruk. Ia mengganggu para tetangganya dengan ucapan lidahnya".
Maka Rosulullah saw bersabda, "Tak sedikit pun kebaikan ada padanya. Ia adalah penghuni neraka". (Al-Ghazali)
Maka Rosulullah saw bersabda, "Tak sedikit pun kebaikan ada padanya. Ia adalah penghuni neraka". (Al-Ghazali)
Senin, 07 Februari 2011
Menjaga lisan dari kata-kta kotor
Sebenarnya yg paling sering dilakukan oleh orang yg berbicara kotor dan keji adalah doisaat bertengkat dan berdebat, pada saat itulah setan berusaha keras agar diantara keduanya tidak mau mengalah dan selalu ingin menang. Dan kalau sudah terjadi begini keduanya terjatuh pada akhlak yang hina. Sebagaimana sabda Nabi saw :
"Orang laki-laki yang paling dibenci ALLAH, ialah orang yang paling buruk pertengkarannya" (HR Bukhari Muslim)
Yang dimaksudkan dengan buruk pertengkarannya adalah ucapan-ucapan kotor yang dilontarkan pada waktu bertengkar, menyindir, menghina, mengejek dan lain-lain. (Pembersihan Jiwa, 2001)
"Orang laki-laki yang paling dibenci ALLAH, ialah orang yang paling buruk pertengkarannya" (HR Bukhari Muslim)
Yang dimaksudkan dengan buruk pertengkarannya adalah ucapan-ucapan kotor yang dilontarkan pada waktu bertengkar, menyindir, menghina, mengejek dan lain-lain. (Pembersihan Jiwa, 2001)
Berhati-hati dengan makanan haram
Abu Bakar as Shiddiq terkenal seorang yg wara' (berhati-hati). Beliau seorang yg sangat teliti mengenai soal pakaian dan makanan. Apabila dihidangkan makanan, beliau tidak begitu saja memakannya, tetapi diselidikinya terlebih dahulu apakah betul-betul halal?. Beliau suka berkata, "Darimana atau dari siapa, dan bagaimana didapatnya?". Dan setelah beliau yakin benar bahwa makanan itu halal, barulah dimakannya. Tetapi kalau tidak, atau beliau masih ragu-ragu, beliau tidak segan-segan minta maaf untuk tidak memakannya atau mengucapkan terimakasih dan menahan diri daripadanya.
Pada suatu hari datang seorang abid (ahli ibadah) dengan membawa dan menghidangkan makanan kehadapan beliau. Kebetulan sekali pada waktu itu beliau sedang dalam keadaan lapar, memang benar-benar tidak ada makanan di rumahnya.
Dengan pandangan seorang yg lapar melihat makanan yg tampaknya enak pula, beliau mulai makan, tanpa mengadakan tanya jawab atau menyelidiku dulu sebagaimana biasanya. Setelah beberapa suap, beliau teringat dan berhenti makan. Beliau terus memanggil abid yg membawa makanan tadi dan menanyakan sumber makanan tersebut. Ternyata menurut pandangan beliau makanan itu terdapat sedikit syubhat (samar-samar antara haram dan halal). Dengan segera beliau berlari keluar sambil memasukkan jari telunjuknya ke dalam kerongkongan untuk memuntahkan makanan itu kembali. Beliau usahakan dengan bantuan air hangat, sehingga bersih benar.
Ketika beliau memuntahkan dan membersihkan mulutnya, ada orang yg melihat dan bertanya, "Apakah tuan lakukan ini semua karena hanya satu suapan saja?". Beliau menjawab, "Demi ALLAH, jika makanan tadi tidak mau keluar melainkan dengan nafasku, niscaya akan keluar juga. AKu telah mendengar Rosulullah saw bersabda :
"Setiap daging yang tumbuh dari sumber yang haram, api neraka lebih berhak baginya".
(Pembersihan Jiwa, 2001)
Pada suatu hari datang seorang abid (ahli ibadah) dengan membawa dan menghidangkan makanan kehadapan beliau. Kebetulan sekali pada waktu itu beliau sedang dalam keadaan lapar, memang benar-benar tidak ada makanan di rumahnya.
Dengan pandangan seorang yg lapar melihat makanan yg tampaknya enak pula, beliau mulai makan, tanpa mengadakan tanya jawab atau menyelidiku dulu sebagaimana biasanya. Setelah beberapa suap, beliau teringat dan berhenti makan. Beliau terus memanggil abid yg membawa makanan tadi dan menanyakan sumber makanan tersebut. Ternyata menurut pandangan beliau makanan itu terdapat sedikit syubhat (samar-samar antara haram dan halal). Dengan segera beliau berlari keluar sambil memasukkan jari telunjuknya ke dalam kerongkongan untuk memuntahkan makanan itu kembali. Beliau usahakan dengan bantuan air hangat, sehingga bersih benar.
Ketika beliau memuntahkan dan membersihkan mulutnya, ada orang yg melihat dan bertanya, "Apakah tuan lakukan ini semua karena hanya satu suapan saja?". Beliau menjawab, "Demi ALLAH, jika makanan tadi tidak mau keluar melainkan dengan nafasku, niscaya akan keluar juga. AKu telah mendengar Rosulullah saw bersabda :
"Setiap daging yang tumbuh dari sumber yang haram, api neraka lebih berhak baginya".
(Pembersihan Jiwa, 2001)
Sabtu, 05 Februari 2011
Taqwa yang sempurna
Taqwa seseorang dikatakan sempurna apabila orang tersebut telah menjaga diri dari perbuatan dosa walaupun seberat biji sawi/atom sekalipun, bahkan bersedia meninggalkan yg syubhat, yaitu sesuatu yg kehalalannya masih diragukan dg takut tergelincir kpd yang haram, dg demikian terbentuklah benteng yg kokoh diantara dirinya dg barang haram dan perbuatan yg dimurkai ALLAH SWT. (Pembersihan Jiwa, 2001)
Dibalik cobaan dan ujian ALLAH
Semua ujian dan cobaan yang menimpa pada manusia itu karena :
- Disebabkan kedurhakaan terhadap ALLAH oleh manusia itu sendiri sebagai balasan untuk menghapuskan dosa kedurhakaannya itu agar manusia menjadi sadar atas kedurhakaannya
- Takdir ALLAH sendiri untuk menguji hamba-NYA dan kelak di akhirat akan diganti dengan rahmat dan keridhaan-NYA, kalau yang diuji itu bersabar dan tawakal kepada ALLAH
Apabila seseoorang menghadapi cobaan dan penderitaan itu dengan ridha, ikhlas dan mencari jalan keluar dengan cara yg sebaik-baiknya, tidak mengeluh, tidak mengaduh apalagi merintih, maka ALLAH Ta'ala pasti akan memudahkan baginya urusan hisabnya. ALLAH akan menyegerakan pahalanya, memberkati kehidupannya sehingga timbangan amalnya tidak berat dengan kejahatan, tetapi akan berat dengan ketaatan dan pahala. Jadi apabila manusia itu menghadapi ujian dengan sabar, maka ia termasuk lulus dari ujian tersebut. Dan apabila menghadapi ujian dengan tidak sabar, maka tergolong putus asa dan itu bukan karakter seorang muslim. (Pembersihan jiwa, 2001)
- Disebabkan kedurhakaan terhadap ALLAH oleh manusia itu sendiri sebagai balasan untuk menghapuskan dosa kedurhakaannya itu agar manusia menjadi sadar atas kedurhakaannya
- Takdir ALLAH sendiri untuk menguji hamba-NYA dan kelak di akhirat akan diganti dengan rahmat dan keridhaan-NYA, kalau yang diuji itu bersabar dan tawakal kepada ALLAH
Apabila seseoorang menghadapi cobaan dan penderitaan itu dengan ridha, ikhlas dan mencari jalan keluar dengan cara yg sebaik-baiknya, tidak mengeluh, tidak mengaduh apalagi merintih, maka ALLAH Ta'ala pasti akan memudahkan baginya urusan hisabnya. ALLAH akan menyegerakan pahalanya, memberkati kehidupannya sehingga timbangan amalnya tidak berat dengan kejahatan, tetapi akan berat dengan ketaatan dan pahala. Jadi apabila manusia itu menghadapi ujian dengan sabar, maka ia termasuk lulus dari ujian tersebut. Dan apabila menghadapi ujian dengan tidak sabar, maka tergolong putus asa dan itu bukan karakter seorang muslim. (Pembersihan jiwa, 2001)
Jumat, 04 Februari 2011
Karomah Umar bin Khattab ra
Rosulullah saw bersabda, “Sungguh pada umat terdahulu terdapat muhaddatsun, yakni orang-orang yg berbicara dengan Tuhan. Jika salah seorang mereka ada pada umatku, maka tentu Umar bin al-Khattab”.
ALLAH telah memberikan al-firasah kepada al-muhaddats (seorang Wali mitra dialog ALLAH) karena hijab diantara Wali dg ALLAH sudah terangkat, Firasat seperti inilah yang dialami oleh Umar bin Khattab ketika beliau berdasar ilham berbicara dimimbar di madinah (sedang ceramah di masjid nabawi), memberikan perintah kepada Sariyah ibn Zunaym, panglima tentaranya (yg pada saat itu sedang berperang dan tentaranya kocar-kacir terkepung pasukan kafir di Irak/persia). Umar bin Khattab berkata (berteriak) : “Wahai Sariyah ibn Zunaym, diatas bukit! diatas bukit!”. Para tentara (muslimin) yg sedang berperang di Irak itu mendengar perintah Umar bin Khattab, padahal mereka berada di tempat yg sangat jauh dalam jarak perjalanan satu bulan dari madinah. Mereka (pasukan muslimin) kemudian menuju ke atas bukit itu dan memperoleh kemenangan atas musuh, berkat pertolongan ALLAH melalui perintah Umar bin Khattab ra tersebut”. (Apakah Wali itu ada?, 2005)
ALLAH telah memberikan al-firasah kepada al-muhaddats (seorang Wali mitra dialog ALLAH) karena hijab diantara Wali dg ALLAH sudah terangkat, Firasat seperti inilah yang dialami oleh Umar bin Khattab ketika beliau berdasar ilham berbicara dimimbar di madinah (sedang ceramah di masjid nabawi), memberikan perintah kepada Sariyah ibn Zunaym, panglima tentaranya (yg pada saat itu sedang berperang dan tentaranya kocar-kacir terkepung pasukan kafir di Irak/persia). Umar bin Khattab berkata (berteriak) : “Wahai Sariyah ibn Zunaym, diatas bukit! diatas bukit!”. Para tentara (muslimin) yg sedang berperang di Irak itu mendengar perintah Umar bin Khattab, padahal mereka berada di tempat yg sangat jauh dalam jarak perjalanan satu bulan dari madinah. Mereka (pasukan muslimin) kemudian menuju ke atas bukit itu dan memperoleh kemenangan atas musuh, berkat pertolongan ALLAH melalui perintah Umar bin Khattab ra tersebut”. (Apakah Wali itu ada?, 2005)
Berdzikir akan membuat hati menjadi tenang
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati (dzikir) Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra'd 28)
Satu dan 72 golongan pembuat bid'ah mungkar
Rosulullah saw bersabda, "Sesungguhnya bani israel telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, semuanya dineraka kecuali satu. Kemudian sepeninggal Isa putra Maryam, mereka telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, semua di neraka kecuali satu. Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya dineraka kecuali satu". Para sahabat bertanya, "Siapakah yg satu itu?". Beliau bersabda, "Orang-orang yang mengikuti jejakku dan jejak para sahabatku".
Golongan yg satu adalah Ahlus-Sunnah, sedangkan 72 golongan yg lain adalah para ahli bid'ah (yang mungkar). Ke tujuh puluh dua golongan tsb adalah :
KHAWARIJ
Mereka adalah golongan yg memusuhi Ali bin Abi Thalib ra. Tidak beriman kepada siksa kubur, telaga Nabi, dan Syafaat Nabi saw. Mereka tidak menganggap jamaah kecuali dibelakang imam mereka. Khawarij terpecah menjadi 15 golongan. Ada yg memperbolehkan membunuh anak2 kaum musrikin. mengharamkan rajam. ada yg menganggap surat Yusuf tidak termasuk Al-Quran dll
SYI'AH
Dikatakan syiah karena terlalu mengkhultuskan ALI melebihi para sahabat lainnya, dan tidak mengakui kepemimpinan Abu Bakar dan Umar. Syiah pecah menjadi 32 golongan. Ada yg mengatakan bahwa Ali memiliki sifat-sifat ketuhanan dan kenabian yg luar biasa, ada yg menganggap ALLAH tidak mengetahui sesuatu yg akan terjadi sebelum peristiwa itu terjadi, ada yg menganggap ALLAH berbentuk seperti manusia, ada yg menganggap ALLAH itu nur yg berbentuk seorang lelaki, ada yg menganggap jibril salah mengharntarkan wahyu, seharusnya ke Ali, ada yg menganggap surga neraka tidak ada, ada yg menganggap para imam adalah nabi-nabi yg terpercaya dll
MURJI'AH
Terpecah menjadi 12 aliran. mereka menganggap orang yg mengucapkan Laillahaillallah, setelah melakukan segala jenis kemaksiatan, maka tidak akan masuk neraka, ada yg mengingkari timbangan amal dan siksa kubur, mereka menganggap iman adalah ucapan saja tanpa perbuatan, dan iman mereka, malaikat, iman nabi, semuanya sama tidak bertambah dan berkurang, dll
MU'TAZILLAH dan QADARIYAH
Terpecah menjadi 6 golongan. Mereka orang2 yg menolak apa yg disepakati kaum muslimin, mereka menganggap orang yg berdosa besar bukanlah orang kafir dan bukanlah orang mukmin, mereka menafikan semua sifat ALLAH SWT. menurut mereka ALLAH tidak memiliki sifat ilmu, qudrah, hasyah, sama', bashar. tidak percaya azab kubur dan mizan (timbangan). menolak syafaat Nabi saw bagi orang2 yg melakukan dosa besar, ada yg menganggap ALLAH tidak menciptakan warna, rasa, bau, mati, dan hidup, semuanya itu perbuatan jisim yg terjadi dg sendirinya dll
MUSYABBIHAN
Pecah menjadi tiga. Mereka menganggap ALLAH itu jisim. Dia menyerupai bentuk manusia yg memiliki daging, darah, kepala, lidah , leher.
JAMHIYAH
Mereka menolak bahwa ALLAH mengetahui sesuatu yg belum ada. Surga dan neraka itu akan fana. Menafikan sifat-sifat ALLAH.
DHARARIYAH
Dia mengatakan bahwa jisim adalah susunan beberapa unsur, bisa jadi unsur2 itu berubah menjadi jisim
NAJARIYAH
mereka menafikan sifat-sifat ALLAH dan menganggap AL-Quran adalah makhluk
KILABIYAH
mereka mengatakan bahwa sifat-sifat ALLAH itu tidak qadim dan tidak hadits (baru)
Golongan AS-SALAMIYAH
mereka berpendapat bahwa pada hari kiamat ALLAH SWT akan terlihat dalam bentuk manusia seperti umat Muhammad dll
(al-Ghunyah, Syaikh ABdul Qadir Jailani, 2010)
Golongan yg satu adalah Ahlus-Sunnah, sedangkan 72 golongan yg lain adalah para ahli bid'ah (yang mungkar). Ke tujuh puluh dua golongan tsb adalah :
KHAWARIJ
Mereka adalah golongan yg memusuhi Ali bin Abi Thalib ra. Tidak beriman kepada siksa kubur, telaga Nabi, dan Syafaat Nabi saw. Mereka tidak menganggap jamaah kecuali dibelakang imam mereka. Khawarij terpecah menjadi 15 golongan. Ada yg memperbolehkan membunuh anak2 kaum musrikin. mengharamkan rajam. ada yg menganggap surat Yusuf tidak termasuk Al-Quran dll
SYI'AH
Dikatakan syiah karena terlalu mengkhultuskan ALI melebihi para sahabat lainnya, dan tidak mengakui kepemimpinan Abu Bakar dan Umar. Syiah pecah menjadi 32 golongan. Ada yg mengatakan bahwa Ali memiliki sifat-sifat ketuhanan dan kenabian yg luar biasa, ada yg menganggap ALLAH tidak mengetahui sesuatu yg akan terjadi sebelum peristiwa itu terjadi, ada yg menganggap ALLAH berbentuk seperti manusia, ada yg menganggap ALLAH itu nur yg berbentuk seorang lelaki, ada yg menganggap jibril salah mengharntarkan wahyu, seharusnya ke Ali, ada yg menganggap surga neraka tidak ada, ada yg menganggap para imam adalah nabi-nabi yg terpercaya dll
MURJI'AH
Terpecah menjadi 12 aliran. mereka menganggap orang yg mengucapkan Laillahaillallah, setelah melakukan segala jenis kemaksiatan, maka tidak akan masuk neraka, ada yg mengingkari timbangan amal dan siksa kubur, mereka menganggap iman adalah ucapan saja tanpa perbuatan, dan iman mereka, malaikat, iman nabi, semuanya sama tidak bertambah dan berkurang, dll
MU'TAZILLAH dan QADARIYAH
Terpecah menjadi 6 golongan. Mereka orang2 yg menolak apa yg disepakati kaum muslimin, mereka menganggap orang yg berdosa besar bukanlah orang kafir dan bukanlah orang mukmin, mereka menafikan semua sifat ALLAH SWT. menurut mereka ALLAH tidak memiliki sifat ilmu, qudrah, hasyah, sama', bashar. tidak percaya azab kubur dan mizan (timbangan). menolak syafaat Nabi saw bagi orang2 yg melakukan dosa besar, ada yg menganggap ALLAH tidak menciptakan warna, rasa, bau, mati, dan hidup, semuanya itu perbuatan jisim yg terjadi dg sendirinya dll
MUSYABBIHAN
Pecah menjadi tiga. Mereka menganggap ALLAH itu jisim. Dia menyerupai bentuk manusia yg memiliki daging, darah, kepala, lidah , leher.
JAMHIYAH
Mereka menolak bahwa ALLAH mengetahui sesuatu yg belum ada. Surga dan neraka itu akan fana. Menafikan sifat-sifat ALLAH.
DHARARIYAH
Dia mengatakan bahwa jisim adalah susunan beberapa unsur, bisa jadi unsur2 itu berubah menjadi jisim
NAJARIYAH
mereka menafikan sifat-sifat ALLAH dan menganggap AL-Quran adalah makhluk
KILABIYAH
mereka mengatakan bahwa sifat-sifat ALLAH itu tidak qadim dan tidak hadits (baru)
Golongan AS-SALAMIYAH
mereka berpendapat bahwa pada hari kiamat ALLAH SWT akan terlihat dalam bentuk manusia seperti umat Muhammad dll
(al-Ghunyah, Syaikh ABdul Qadir Jailani, 2010)
Pendapat Imam Syafi'i terhadap bid'ah
riwayat abu nu'im,imam syafi'i pernah berkata:
"Bid'ah itu ada 2 macam,satu bid'ah terpuji dan yg lain bid'ah tercela. Bid'ah terpuji ialah (pekerjaan keagamaan yg tdk dikenal pd zaman rasulalloh) yang sesuai dgn sunnah, sdangkan bid'ah yg tercela ialah(pekerjaan keagamaan yg tdk dikenal pd zaman rasulalloh)yang tidak s...esuai dgn sunnah atau menentang sunnah"
[fathul bari juz 17 hlm 10]
"Bid'ah itu ada 2 macam,satu bid'ah terpuji dan yg lain bid'ah tercela. Bid'ah terpuji ialah (pekerjaan keagamaan yg tdk dikenal pd zaman rasulalloh) yang sesuai dgn sunnah, sdangkan bid'ah yg tercela ialah(pekerjaan keagamaan yg tdk dikenal pd zaman rasulalloh)yang tidak s...esuai dgn sunnah atau menentang sunnah"
[fathul bari juz 17 hlm 10]
Pendapat Imam Syafi'i terhadap bid'ah
riwayat abu nu'im,imam syafi'i pernah berkata:
"Bid'ah itu ada 2 macam,satu bid'ah terpuji dan yg lain bid'ah tercela. Bid'ah terpuji ialah (pekerjaan keagamaan yg tdk dikenal pd zaman rasulalloh) yang sesuai dgn sunnah, sdangkan bid'ah yg tercela ialah(pekerjaan keagamaan yg tdk dikenal pd zaman rasulalloh)yang tidak sesuai dgn sunnah atau menentang sunnah"
[fathul bari juz 17 hlm 10]
"Bid'ah itu ada 2 macam,satu bid'ah terpuji dan yg lain bid'ah tercela. Bid'ah terpuji ialah (pekerjaan keagamaan yg tdk dikenal pd zaman rasulalloh) yang sesuai dgn sunnah, sdangkan bid'ah yg tercela ialah(pekerjaan keagamaan yg tdk dikenal pd zaman rasulalloh)yang tidak sesuai dgn sunnah atau menentang sunnah"
[fathul bari juz 17 hlm 10]
Ustad, ulama, dan Para Wali
Cukup percayalah 85% kepada para ulama dan ustad, karena mereka hanya mempunyai ilmu dan masih ada sedikit nafsu, percayalah 95% pada para Wali, karena mereka dibimbing langsung oleh Nabi Khidir as, malaikat, dan Nabi saw (lewat mimpi), hati mereka pun selalu terpaut kepada ALLAH. dan 100% percayalah kepada Nabi dan Ro...sul karena mereka mendapat Wahyu langsung dari ALLAH.
Penyusunan Mushaf Al-Quran
Umar bin Khattab memaksa Abu Bakar untuk menyusun mushaf, tetapi Abu Bakar menolak bahwa hal tersebut tidak diperintahkan Nabi saw dan termasuk bid'ah. Setelah perdebatan dan melihat kemaslahatan, akhirnya ABu Bakar setuju. Kemudian menyuruh Zaid bin Tsabit ra. Zaid pun menolak karena takut bid'ah, setelah berdebat akh...irnya zaid pun setuju. Alhamdulillah kesucian AL-Quran terjaga berkat inovasi (bid'ah) mereka.
Bid'ah yg baik dan yang mungkar
Rosulullah saw bersabda, "Siapa yang menggagas didalam islam suatu inovasi yang baik, kemudian gagasan itu diamalkan oleh (orang2 yg datang) sesudahnya, maka bagi penggagas dicatat pahala yg sebanding dengan pahala orang-orang yg mengamalkannya, tidak berkurang sedikit pun dari pahala mereka. Dan barang siapa didalam islam menggagas suatu inovasi yang buruk, kemudian gagasan yg buruk itu diamalkan oleh (orang2 yg datang) sesudahnya, maka bagi penggagas dicatat dosa yg sebanding dg dosa orang-orang yg mengamalkannya, tidak berkurang sedikit pun dari dosa mereka" (HR Muslim)
contoh inovasi yg baik : penyusunan mushaf Al-Quran (Abu Bakar ra), sholat taraweh berjamaah 20 rakaat (Umar bin Khattab), berdzikir dg tasbih (sahabat ra), majlis dzikir/dzikir berjamaah (sahabat ra), doa qunut (imam Syafii), tahlilan (Walisongo) dll
contoh inovasi yg baik : penyusunan mushaf Al-Quran (Abu Bakar ra), sholat taraweh berjamaah 20 rakaat (Umar bin Khattab), berdzikir dg tasbih (sahabat ra), majlis dzikir/dzikir berjamaah (sahabat ra), doa qunut (imam Syafii), tahlilan (Walisongo) dll
Sabtu, 29 Januari 2011
Berhati-hatilah dengan lisanmu bila menyangkut wali
Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: "Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya... Jika ia (Wali) memohon kepadaKu, niscaya Aku benar-benar memberinya. Jika ia memohon kepadaKu, niscaya ...Aku benar-benar melindunginya". (HR Bukhari)
Karomah wali jaman modern
Menurut kesaksian Arifin Junaedi, mantan sekretaris KH Abdurrahman Wahid 1989-1994, ada beberapa kejadian aneh yang menjadi tanda bahwa Gus Dur seorang Wali. Pertama, ketika sedang tahlil di makam seorang Wali di jawa tengah tiba-tiba tercium bau kembang melati. Kelambu makam itu pun tergerak-gerak seperti tertiup angin. Padahal makam itu tertutup rapat. Selesai tahlil, Gus Dur ngomong sendiri seperti seperti berdialog dalam bahasa jawa kromo inggil bercampur bahasa arab. Ketika ditanya, Gus Dur mengaku bahwa ia baru saja berdialog dengan wali itu.
Kedua, "Kalau saya bawa informasi, demikian penuturan Arifin Junaedi, ketika saya sampai ternyata Gus Dur sudah tahu duluan. Saya semakin heran, kalau dia dapat buku baru, dia itu cuma lihat covernya, terus daftar isinya, kemudian buka-buka sebentar. Tapi ketika lain kali dia ngoomong, materinya sama persis di buku itu"
Ketiga, pada tahun 1995 Gus Dur berbicara kepada H muhfid A Busyairi, "Sebentar lagi Pak Harto turun (dari jabatan presiden) dan semua orang bakal datang kepada dia". Mas Mufid bilang kepada saya, "Gus Dur itu ngomong apa. Mimpi kali orang ini". Tiga tahun kemudian, Mas Mufid ngomong pada saya, "Apa yg diomongkan Gus Dur itu benar". Jadi , menurut Arifin Junaedi, hal-hal seperti ini yg membuat orang, bukan saja dari kalangan bawah NU, tetapi juga kalangan atas NU, menjadi percaya bahwa Gus Dur itu Wali.
Keyakinan bahwa Gus Dur itu seorang Wali bukan hanya datang dari kalangan NU, tetapi juga dari kalangan Muhammadiyah. Dalam satu wawancara di televisi swasta (ANteve) selasa 26 Oktober 1999, Prof. M. Darwan Rahardjo mengatakan bahwa Gus Dur itu wali dan sangat brilliant sekali. Alasannya, Gus Dur belajar bahasa inggris cepat sekali dan pidatonya dengan bahasa inggris bagus sekali.
KHA Shahibulwafa Tadjul Arifin atau Abah ANom, dalam pandangan murit-muritnya diyakini sebagai seorang wali. Mereka meyakini bahwa Abah Anom telah meraih derajad kewalian karena memiliki karamat atau kemampuan supranatural yang menakjubkan. Menurut KH Zainal Abidin Aminullah, keramat/karomah Abah Anom sudah tidak terhitung lagi. Salah satunya, ketika seorang murid membawa sebotol air ke hadapan Abah Anom untuk diberi doa gunu kesembuhan seorang yang sakit, murit itu merasa kecawa karena Abah ANom tidak membaca sepotong doa pun pada botol air itu. Abah Anom hanya menyentuhnya dengan telunjuk. Lalu murid itu membuangnya pada sebuah kolam ikan, tiba-tiba ikan dikolam itu mati.
KH Muhammad Kholil Bangkalan (1835-1925) sejak muda telah memiliki karomah. Ketika belajar di pesantren Langitan, Tuban, Kholil pernah membuat terpana KH Muhammad Noer, gurunya. Suatu hari ketika shalat berjamaah yang diimami Kiai Noer, Kholil tertawa terbahak-bahak. Alasannya, ia melihat Kiai Noer sedang mengaduk-aduk nasi di bakul. Kiai Noer mengakuio pada waktu shalat ia sedang lapar sehingga terus membayangkan nasi dibenaknya. (Apakah Wali itu ada?, 2005)
Kedua, "Kalau saya bawa informasi, demikian penuturan Arifin Junaedi, ketika saya sampai ternyata Gus Dur sudah tahu duluan. Saya semakin heran, kalau dia dapat buku baru, dia itu cuma lihat covernya, terus daftar isinya, kemudian buka-buka sebentar. Tapi ketika lain kali dia ngoomong, materinya sama persis di buku itu"
Ketiga, pada tahun 1995 Gus Dur berbicara kepada H muhfid A Busyairi, "Sebentar lagi Pak Harto turun (dari jabatan presiden) dan semua orang bakal datang kepada dia". Mas Mufid bilang kepada saya, "Gus Dur itu ngomong apa. Mimpi kali orang ini". Tiga tahun kemudian, Mas Mufid ngomong pada saya, "Apa yg diomongkan Gus Dur itu benar". Jadi , menurut Arifin Junaedi, hal-hal seperti ini yg membuat orang, bukan saja dari kalangan bawah NU, tetapi juga kalangan atas NU, menjadi percaya bahwa Gus Dur itu Wali.
Keyakinan bahwa Gus Dur itu seorang Wali bukan hanya datang dari kalangan NU, tetapi juga dari kalangan Muhammadiyah. Dalam satu wawancara di televisi swasta (ANteve) selasa 26 Oktober 1999, Prof. M. Darwan Rahardjo mengatakan bahwa Gus Dur itu wali dan sangat brilliant sekali. Alasannya, Gus Dur belajar bahasa inggris cepat sekali dan pidatonya dengan bahasa inggris bagus sekali.
KHA Shahibulwafa Tadjul Arifin atau Abah ANom, dalam pandangan murit-muritnya diyakini sebagai seorang wali. Mereka meyakini bahwa Abah Anom telah meraih derajad kewalian karena memiliki karamat atau kemampuan supranatural yang menakjubkan. Menurut KH Zainal Abidin Aminullah, keramat/karomah Abah Anom sudah tidak terhitung lagi. Salah satunya, ketika seorang murid membawa sebotol air ke hadapan Abah Anom untuk diberi doa gunu kesembuhan seorang yang sakit, murit itu merasa kecawa karena Abah ANom tidak membaca sepotong doa pun pada botol air itu. Abah Anom hanya menyentuhnya dengan telunjuk. Lalu murid itu membuangnya pada sebuah kolam ikan, tiba-tiba ikan dikolam itu mati.
KH Muhammad Kholil Bangkalan (1835-1925) sejak muda telah memiliki karomah. Ketika belajar di pesantren Langitan, Tuban, Kholil pernah membuat terpana KH Muhammad Noer, gurunya. Suatu hari ketika shalat berjamaah yang diimami Kiai Noer, Kholil tertawa terbahak-bahak. Alasannya, ia melihat Kiai Noer sedang mengaduk-aduk nasi di bakul. Kiai Noer mengakuio pada waktu shalat ia sedang lapar sehingga terus membayangkan nasi dibenaknya. (Apakah Wali itu ada?, 2005)
Karomah Wali dalam AL-Quran
Pertama, Kisah Maryam binti Imran yang senantiasa memperoleh buah segar bukan pada musimnya, padahal ia tidak pernah keluar dari mihrab, seperti tergambar dari ayat berikut :
"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab" (Ali Imran 37)
Kedua, kisah Ashhab al-Kahf yang tidur selama tiga ratus sembilan tahun didalam goa kemudian bangun dalam keadaan sehat walafiat sebagaimana tergambar pada ayat berikut :
"Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka".
"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)". (Al-Kahfi 18 dan 25)
Ketiga, kisah sahabat Nabi Sulaiman yang dapat memindahkan singgasana Ratu Balqis dari negeri saba (yaman) ke palestina sebelum Nabi Sulaiman mengedipkan mata seperti tergambar pada ayat yang berikut ini :
Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."
Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya."
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab (Taurat dan Zabur): "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (Al Naml 38-40).
(Apakah Wali itu ada?, 2005)
keempat, Kisah perjalanan Zulkarnaen ke timur yang meniup besi dan tembaga menjadi tembok penghalang pasukan Yajuj dan Majuj seperti tergambar pada ayat berikut :
Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"
Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,
berilah aku potongan-potongan besi." Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)." Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu."
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya
Dzulkarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar." (Al-Kahfi 94-98)
"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab" (Ali Imran 37)
Kedua, kisah Ashhab al-Kahf yang tidur selama tiga ratus sembilan tahun didalam goa kemudian bangun dalam keadaan sehat walafiat sebagaimana tergambar pada ayat berikut :
"Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka".
"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)". (Al-Kahfi 18 dan 25)
Ketiga, kisah sahabat Nabi Sulaiman yang dapat memindahkan singgasana Ratu Balqis dari negeri saba (yaman) ke palestina sebelum Nabi Sulaiman mengedipkan mata seperti tergambar pada ayat yang berikut ini :
Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."
Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya."
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab (Taurat dan Zabur): "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (Al Naml 38-40).
(Apakah Wali itu ada?, 2005)
keempat, Kisah perjalanan Zulkarnaen ke timur yang meniup besi dan tembaga menjadi tembok penghalang pasukan Yajuj dan Majuj seperti tergambar pada ayat berikut :
Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"
Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,
berilah aku potongan-potongan besi." Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)." Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu."
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya
Dzulkarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar." (Al-Kahfi 94-98)
ALLAH menutupi aib hamba-NYA
Suatu ketika ada seseorang yang tertangkap basah saat dia mencuri, lalu dia dibawa menghadap Umar bin Khattab ra. Orang itu berkata kepada Umar, "Demi ALLAH, aku baru melakukannya pertama kali". Umar berkata, "Engkau bohong! Sesungguhnya ALLAH tidak akan membongkar perbuatan jahat seseorang yang baru melakukannya pertama kali". (Akhlak Mulia, 2008)
ALLAH menutupi aib dan dosa-dosa seorang hamba karena memberi kesempatan kepada hamba untuk segera bertobat dan kembali kepada jalan ALLAH SWT. Jadi bagi yang merasa aib dan dosa-dosanya masih ditutupi ALLAH, segeralah bertobat, sebelum aibnya dibuka dan disiksa ALLAH.
ALLAH menutupi aib dan dosa-dosa seorang hamba karena memberi kesempatan kepada hamba untuk segera bertobat dan kembali kepada jalan ALLAH SWT. Jadi bagi yang merasa aib dan dosa-dosanya masih ditutupi ALLAH, segeralah bertobat, sebelum aibnya dibuka dan disiksa ALLAH.
Rabu, 26 Januari 2011
Seberapa besar rasa malumu kepada ALLAH
Ketika Nabi Adam as melanggar larangan ALLAH dengan memakan buah quldi di surge. Adam dan istrinya berlari kesana kemari seolah-olah beliau kebingungan, lantas ALLAH berfirman kepadanya, “Kemana engkau akan pergi, wahai Adam? Apakah engkau akan menjauh dari-KU?”
“Tidak, wahai Tuhanku. Aku melakukan ini karena aku malu kepada-MU setelah melanggar larangan-MU”, jawab Adam as.
Apakah perasaan seperti ini pernah anda rasakan? Apakah anda pernah sulit tidur karena malu kepada ALLAH setelah melakukan maksiat kepada-NYA? Atau anda lebih memilih cepat-cepat bersedekah dengan lima ribu atau sepuluh ribu karena rasa malu kepada ALLAH atas kemaksiatan yang anda lakukan? (Akhlak Mulia, 2008)
“Tidak, wahai Tuhanku. Aku melakukan ini karena aku malu kepada-MU setelah melanggar larangan-MU”, jawab Adam as.
Apakah perasaan seperti ini pernah anda rasakan? Apakah anda pernah sulit tidur karena malu kepada ALLAH setelah melakukan maksiat kepada-NYA? Atau anda lebih memilih cepat-cepat bersedekah dengan lima ribu atau sepuluh ribu karena rasa malu kepada ALLAH atas kemaksiatan yang anda lakukan? (Akhlak Mulia, 2008)
Besarnya Rahmat ALLAH
Rosulullah saw bersabda, "ALLAH berfirman, "AKU, manusia dan jin dalam suatu tempat yg amat luas. AKU yg menciptakannya, tapi ia menyembah kepada selain-KU. AKU yang memberinya rezeki, tapi ia bersyukur kepada selain-KU. Kebaikan-KU selalu turun kepadanya, tapi keburukannya yg selalu naik kepada-KU. AKU berikan kasih sayang-KU kepada mereka dengan berbagai kenikmatan dan AKU Mahakaya, tapi mereka membuat-KU marah dengan segala maksiat yg dilakukannya, padahal mereka sangat butuh kepada-KU. Barangsiapa ingin dekat dengan-KU, hendaknya ia mengingat-KU. AKU akan menguji mereka dengan berbagai musibah agar mereka bersih dari segala dosa. Barangsiapa yg berpaling dari-KU, AKU akan memanggilnya dan AKU berkata kepadanya, "kemana engkau akan pergi? Apakah engkau memiliki Tuhan selain AKU?". Dengan segala kemuliaan dan keagungan-KU, apabila mereka memohon ampunan-KU, tentu AKU akan mengampuni mereka". (Akhlak Mulia, 2008)
Malulah kepada ALLAH
Ada seseorang yg datang menemui Ibrahim bin Adham dan berkata, "Wahai imam, aku ingin bertobat dan meninggalkan semua dosaku. Namun, setiap kali aku bertobat, aku selalu kembali pada dosa yg sama. Tunjukkan padaku sesuatu yg dapat membentengiku agar aku tidak lagi durhaka kepada ALLAH".
Ibrahim bin Adham berkata kepadanya, "Apabila engkau ingin berbuat maksiat kepada ALLAH, maka jangan engkau lakukan itu diatas bumi-NYA". "Bagaimana itu bisa terjadi, wahai imam, sementara semua bumi adalah milik ALLAH". "Apakah engkau tidak merasa malu, semua bumi adalah milik ALLAH dan engkau berbuat maksit diatas bumi", tegas Ibrahim bin Adham. "
Ibrahim bin Adham meneruskan, "Apabila engkau ingin melakukan maksiat kepada ALLAH, maka jangan makan dari rizki-NYA". Orang itu berkata, "Lalu bagaimana aku bisa hidup". "Apakah engkau tidak merasa malu, engkau makan rezeki-NYA, tapi engkau juga durhaka kepada-NYA".
"Bila engkau tetap ingin melakukan kedurhakaan kepada-NYA, lakukanlah disuatu tempat yang DIA tidak bisa melihatnya", lanjut Ibrahim. Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana mungkin, sedangkan ALLAH selalu bersama kita, dimanapun kita berada". "Apakah engkau tidak merasa malu kepada ALLAH, engkau durhaka kepada-NYA sedang DIA dekat denganmu?". (Akhlak Mulia, 2008)
Ibrahim bin Adham berkata kepadanya, "Apabila engkau ingin berbuat maksiat kepada ALLAH, maka jangan engkau lakukan itu diatas bumi-NYA". "Bagaimana itu bisa terjadi, wahai imam, sementara semua bumi adalah milik ALLAH". "Apakah engkau tidak merasa malu, semua bumi adalah milik ALLAH dan engkau berbuat maksit diatas bumi", tegas Ibrahim bin Adham. "
Ibrahim bin Adham meneruskan, "Apabila engkau ingin melakukan maksiat kepada ALLAH, maka jangan makan dari rizki-NYA". Orang itu berkata, "Lalu bagaimana aku bisa hidup". "Apakah engkau tidak merasa malu, engkau makan rezeki-NYA, tapi engkau juga durhaka kepada-NYA".
"Bila engkau tetap ingin melakukan kedurhakaan kepada-NYA, lakukanlah disuatu tempat yang DIA tidak bisa melihatnya", lanjut Ibrahim. Orang itu bertanya lagi, "Bagaimana mungkin, sedangkan ALLAH selalu bersama kita, dimanapun kita berada". "Apakah engkau tidak merasa malu kepada ALLAH, engkau durhaka kepada-NYA sedang DIA dekat denganmu?". (Akhlak Mulia, 2008)
Surga bagi orang yg menjalankan sholat
"Shalat lima waktu diwajibkan oleh ALLAH terhadap para hamba-NYA. Siapa saja yang melaksanakannya, ALLAH menjanjikan dia masuk surga. Siapa saja yang tidak melaksanakannya, tidak ada janji ALLAH (untuk masuk surga) baginya. Jika ALLAH menghendaki, DIA mengampuninya, jika ALLAH menghendaki, DIA menyiksanya" (HR Abu Dawud)
"(Batas) antara hamba (yang muslim) dan kufur adalah meninggalkan sholat" (HR Muslim)
"(Batas) antara hamba (yang muslim) dan kufur adalah meninggalkan sholat" (HR Muslim)
Kamis, 20 Januari 2011
Orang yang merugi
Rosulullah saw bersabda, "Apakah kalian tahu, siapa orang yang merugi itu?". Para sahabat menjawab, "Orang yg merugi diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham maupun harta benda". Lantas Rosulullah saw bersabda, "Orang yg merugi diantara umatku adalah orang yang datang dihari kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa, zakat. Tapi ia juga datang dengan membawa (dosa) mencaci, menuduh, memakan harta yg tidak halal, memukul, dan membunuh (orang lain). Lantas semua pahala kebajikannya diberikan kepada orang yang pernah disakitinya. Jika pahala kebajikannya telah habis sebelum semua orang yang pernah tersakiti olehnya terlunasi, maka dosa-dosa orang yang disakitinya akan dilemparkan pada dirinya hingga akhirnya ia dilempar ke api neraka". (HR Muslim dan Tirmidzi)
Akhlak mulia memperlancar jalan menuju surga
Ada beberapa orang yang datang menemui Rosulullah saw, lalu berkata, "Wahai Rosulullah, si fulanah adalah orang yang rajin shalat, puasa, dan mengeluarkan zakat, tapi ia juga sering berbuat jahat terhadap tetangganya. Lantas Rosulullah saw bersbda, "Dia adalah penghuni neraka"
Lalu ada yang berkata kepada Rosulullah. Bahwa ada seorang perempuan yang shalatnya biasa-biasa, begitu juga dengan puasa yang dilakukan dan zakat yang dikeluarkannya, tapi ia tidak pernah berbuat jahat terhadap tetangganya. Mendengar hal itu, beliau bersabda, "Dia adalah penghuni surga" (HR Imam Ahmad Hakim dan AL-Hatsimi). (Akhlak Mulia, 2008)
Lalu ada yang berkata kepada Rosulullah. Bahwa ada seorang perempuan yang shalatnya biasa-biasa, begitu juga dengan puasa yang dilakukan dan zakat yang dikeluarkannya, tapi ia tidak pernah berbuat jahat terhadap tetangganya. Mendengar hal itu, beliau bersabda, "Dia adalah penghuni surga" (HR Imam Ahmad Hakim dan AL-Hatsimi). (Akhlak Mulia, 2008)
Sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar
ALLAH SWT berfirman, "dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar". (Al-Ankabut 45)
Subhanallah, jadi siapapun yang shalatnya tidak mampu mencegah dirinya dari perbuatan mungkar dan keji, sesungguhnya shalat yang dilakukannya itu hanya sebatas rutinitas belaka dan olahraga. Memang benar, dia telah melakukan sholat tapi akhlaknya tidak bertambah baik.
Dalam hadist qudsi, ALLAH SWT berfirman, "Aku hanya akan menerima shalat dari orang yang tawadu' (rendah hati) karena keagungan-KU, tidak menyombongkan diri didepan hamba-hamba-KU dengannya (shalat). tidak melakukan maksiat secara terus-menerus, mengisi waktu siangnya dengan mengingat-KU (berdzikir), berbelas kasih kepada orang miskin, ibnu sabil, para janda dan orang yang tertimpa musibah". (HR Zubaidi)
Lihat pada dirimu, jika shalat yang kamu lakukan belum bisa membuat dirimu menyayangi orang lain, maka shalatmu belum memberi pengaruh positif secara sempurna pada dirimu. (Akhlak Mulia, 2008)
Subhanallah, jadi siapapun yang shalatnya tidak mampu mencegah dirinya dari perbuatan mungkar dan keji, sesungguhnya shalat yang dilakukannya itu hanya sebatas rutinitas belaka dan olahraga. Memang benar, dia telah melakukan sholat tapi akhlaknya tidak bertambah baik.
Dalam hadist qudsi, ALLAH SWT berfirman, "Aku hanya akan menerima shalat dari orang yang tawadu' (rendah hati) karena keagungan-KU, tidak menyombongkan diri didepan hamba-hamba-KU dengannya (shalat). tidak melakukan maksiat secara terus-menerus, mengisi waktu siangnya dengan mengingat-KU (berdzikir), berbelas kasih kepada orang miskin, ibnu sabil, para janda dan orang yang tertimpa musibah". (HR Zubaidi)
Lihat pada dirimu, jika shalat yang kamu lakukan belum bisa membuat dirimu menyayangi orang lain, maka shalatmu belum memberi pengaruh positif secara sempurna pada dirimu. (Akhlak Mulia, 2008)
Istri sholeha
Wanita yang shalih adalah yang taat kepada ALLAH dan suaminya, dan pandai menjaga diri, tatkala suami tidak di rumah. Rosulullah pernah ditanya oleh salah seorang shahabatnya tentang kriteria wanita yang baik dijadikan istri.
Beliau bersabda, "Wabita yang baik adalah yang menyenangkan hati suami dikala melihatnya, selalu setia dikala suami memerintahnya, dan tidak berbuat yang tidak disenangi suaminya; baik dalam sikap dirinya ataupun dalam menggunakan hartanya" (HR Ashhabus Sunan). (Membangun keluarga sakinah, 2009)
Beliau bersabda, "Wabita yang baik adalah yang menyenangkan hati suami dikala melihatnya, selalu setia dikala suami memerintahnya, dan tidak berbuat yang tidak disenangi suaminya; baik dalam sikap dirinya ataupun dalam menggunakan hartanya" (HR Ashhabus Sunan). (Membangun keluarga sakinah, 2009)
Langganan:
Postingan (Atom)